Jokowi: Kuartal II Pertumbuhan Ekonomi akan Jatuh Minus, Kita Harus Ngomong Apa Adanya
Sementara itu sebulan kemudian Presiden Bank Dunia David Malpass menyebut pertumbuhan ekonomi dunia akan minus 5 persen.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
Presiden Sebut Kondisi Ekonomi Setiap Harinya Semakin Sulit
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kondisi sekarang ini sangatlah sulit.
Pemerintah selain harus mengendalikan penyebaran Covid-19 juga harus menahan dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat pandemik tersebut.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam Penyaluran Dana Bergulir untuk Koperasi dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/7/2020).
"Kita tahu semuanya keadaan sekarang adalah keadaan yang tidak mudah. Keadaan yang sangat sulit bagaimana mengendalikan Covid-19 dan ekonomi ini supaya berjalan beriringan, bukan hal yang mudah," kata Presiden.
Baca: Komite Pemulihan Ekonomi Dinilai Sangat Penting Agar RI Terhindar dari Resesi
Baca: Ekonom Ini Sebut Indonesia Terancam Resesi, PHK dan Kemiskinan Bakal Meningkat
Presiden mengatakan bahwa perkembangan ekonomi global sangat dinamis.
Prediksi pertumbuhan ekonomi berubah-ubah karena kondisi yang tidak menentu.
Misalnya pada tiga bulan lalu ia menelpon Managing Director IMF Kristalina Georgieva yang menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan minus 2,5 persen dari sebelumnya plus 3 sampai 3,5 persen.
Sementara itu sebulan kemudian Presiden Bank Dunia David Malpass menyebut pertumbuhan ekonomi dunia akan minus 5 persen.
"Dua minggu yang lalu saya telpon OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) beda lagi. Pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan tumbuh minus, tumbuh tapi minus 6 sampai minus 6 sampai minus 7,6 persen," tuturnya.
Kondisi tersebut menurut Presiden menggambarkan bahwa setiap harinya kondisi perekonomian semakin sulit. Keadaan negara lain menurut Presiden lebih buruk, Perancis akan minus 17 persen, Inggris minus 15 persen, Jerman minus 11 persen, Amerika minus 9,7 persen, Jepang minus 8,3 persen, Malaysia minus 8 persen, dan lainnya.
"Bayangkan, isinya hanya minus minus, minus, minus, minus dan minusnya itu adalah dalam posisi yang gede-gede seperti itu," kata Jokowi.
"Gambaran apa yang ingin saya sampaikan? Bhwa setiap bulan selalu berubah-ubah sangat dinamis dan posisinya tidak semakin mudah tetapi semakin sulit," tuturnya.
Sementara itu Indonesia menurut Presiden, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan minus di kuartal kedua, meski di kuartal pertama masih mencatatkan positif 2,97 persen.
"Di kuartal ke-2 kita sudah akan jatuh minus. kita harus ngomong apa adanya. bisa minus 4,3 persen sampai mungkin 5," pungkas presiden.