Gandeng Inalum-PLN, Pertamina Siap Bangun Pabrik Baterai EV
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan Perseroan terbuka membangun pabrik baterai electric vehicle (EV).
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan Perseroan terbuka membangun pabrik baterai electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik.
Pertamina menggandeng dua perusahaan BUMN energi lainnya seperti PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dalam pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik.
Baca: Kembangkan Baterai Kendaraan Listrik dengan Jangkauan 700 Km, Daimler Gandeng CATL
Baca: Mobil Listrik Bikinan UGM Sabet 4 Penghargaan di Kontes Mobil Listrik Formula Internasional
"Pertamina akan masuk ke bisnis, membangun pabrik baterai EV. Kami sudah kerja sama dengan timnya Inalum dan juga PLN bersama-sama membangun pabrik baterai. Indonesia punya sangat banyak bahan baku," ujar Nicke dalam diskusi daring di Jakarta, Senin (10/8/2020).
Nicke menerangkan kerjasama strategis ini nantinya Inalum bakal fokus di sektor hulu sebagai pemasok bahan baku.Sementara itu, PLN fokus di sektor hilir sebagai distributor, dan Pertamina di tengah-tengah menyiapkan prosesnya.
"Jadi baterai ini bukan hanya untuk transportasi tapi bisa digunakan remote area untuk rumah. Suplai listrik menjadi baterai, solar EV misalnya bisa digunakan sebagai distributor di area yang tidak perlu storage besar, hanya butuh backup power system bersifat modular," tukasnya.
Disamping itu, Pertamina juga tetap komitmen melayani publik dalam hal penyediaan energi bagi masyarakat.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meyakini hilirisasi mineral yang digencarkan pemerintah dapat menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam hal baterai lithium mobil listrik.
“Saya tidak mengatakan hilirisasi sendiri, karena semua harus paralel. Tapi dengan hilirisasi ini paling tidak sudah menyumbang perkiraan untuk tahun ini sebesar 10 miliar dolar AS. Itu angka yang besar,” ujar Menko Luhut dalam pernyataannya akhir bulan lalu.
Menurutnya, sektor hilirisasi mineral cukup berperan untuk menopang perekonomian pasca pandemi Covid-19.
Hal ini karena sektor hilirisasi tidak terdampak terlalu dalam dan ekspor produk turunan yang dihasilkan dari pabrik pengolahan semakin menunjukkan dampak positif.
“Hilirisasi nikel ini akan kita kembangkan sampai ujungnya baterai lithium dan juga keperluan lain untuk mobil listrik. Dan kita akan menjadi pemain utama lithium baterai ini,” jelas Menko Luhut.