Komite Penanganan Covid-19 Tidak Kaget Ekonomi Minus 5 Persen Lebih
tanda-tanda ekonomi kontraksi sudah ada sejak April atau ketika berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Raden Pardede mengaku tidak kaget ekonomi Indonesia minus 5 persen lebih atau tepatnya 5,32 persen pada kuartal II 2020.
Menurutnya, tanda-tanda ekonomi kontraksi sudah ada sejak April atau ketika berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Minus, Menkeu: Indonesia Belum Alami Resesi
Baca: Jerman Masuk Resesi Setelah Pertumbuhan Ekonomi Minus Dua Kuartal Berturut
"Pertama, kita tidak kaget karena kita lihat dari berbagai data-data sebelumnya yang kita sebut dengan indikator dini. Itu menunjukkan memang penurunan kegiatan perekonomian sejak bulan April," ujarnya saat teleconference, Senin (10/8/2020).
Meski sebenarnya mulai ada penurunan saat Maret, Raden menjelaskan, puncaknya ekonomi merosot pada periode April dan Mei 2020.
"April dan Mei sangat drastis. Sebab, secara sengaja pemerintah menganjurkan supaya bekerja dari rumah, juga menganjurkan tidak bepergian baik itu di dalam kota dan ke luar kota," katanya.
Kendati demikian, dia menambahkan, pemerintah sama sekali tidak mengharapkan perekonomian negatif, meski kenyataannya tidak bisa dihindari.
"Jadi, bukan hal mengejutkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Meskipun bukan yang diharapkan, tapi kita juga mencoba bandingkan dengan negara lain yang mengalami krisis, misal China pada kuartal I minus 6,5 persen, Indonesia belum minus, kita masih tumbuh 2,97 persen," pungkas Raden.