Menteri ESDM: Pengembangan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Tertinggal dari India
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) Indonesia masih tertinggal
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
![Menteri ESDM: Pengembangan Energi Baru Terbarukan di Indonesia Tertinggal dari India](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/menteri-esdm-arifin-tasrif-usai-menyaksikan-penandatanganan.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) Indonesia masih tertinggal.
Arifin membandingkan Indonesia dengan negara berpopulasi terbesar kedua di dunia yakni India.
Menurutnya, India sudah jauh lebih agresif ketimbang Indonesia.
"India peringkat kelima di dunia dengan kapasitas terpasang EBT mencapai 23,39 persen dari total kapasitas terpasang pembangkit 368,98 gigawatt (GW) pada akhir Februari 2020. Mereka menargetkan pada 2020 ekspansi EBT sebesar 175 GW," kata mantan Dubes Indonesia untuk Jepang tersebut dalam diskusi daring, Senin (10/8/2020).
Sementara itu, Arifin menjelaskan pengembangan EBT di Indonesia baru 10,4 GW atau sekitar 2,5 persen dari potensi mencapai 417,8 GW.
Dia menerangkan potensi EBT meliputi energi samudera, panas bumi, bioenergi, bayu (udara), hidro (air) dan surya (matahari).
"Ocean resources kita punya potensi hampir 18 GW tapi pemanfaatannya masih 0 persen. Di beberapa lokasi diujicoba untuk dihitung keekonomiannya," ujar Arifin.
Menteri Arifin menyebut potensi energi lainnya seperti panas bumi sebesar 23,9 GW yang termanfaatkan baru 2.130 MegaWatt (MW) atau 8,9 persennya.
Adapun bioenergi dengan potensi mencapai 32,6 MW tetapi baru dimanfaatkan sebanyak 1.895,7 MW atau 5,8 persennya.
"Bioenergi sangat penting sebagai pengganti minyak dan gas," ujar Arifin.
Ia menambahkan potensi energi angin sebesar 60,6 GW yang baru dimanfaatkan 154,3 MW atau 0,25 persennya, begitupun potensi energi air dengan potensi 75 GW yang baru dimanfaatkan 6.078,4 MW atau 8,1 persen.
"Yang terbesar adalah energi surya potensinya di atas 200 GW dan baru termanfaatkan 150,2 MWp (Mega Watt peak) atau 0,07 persen dari total keseluruhan," katanya.
Potensi energi surya paling banyak berada di Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan Jawa Timur.