Pekerja Independen di Indonesia yangh Terkena Dampak COVID-19 Butuh Ketrampilan dan Peluang Baru
Pekerja independen atau gig worker lebih khawatir tentang dampaknya pada mata pencaharian mereka (52%) daripada pada kesehatan mereka (14%).
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei yang dilakukan Flourish Ventures pada pekerja independen atau gig worker dalam ekonomi informal Indonesia menemukan sebagaian besar (86 persen), telah terkena dampak yang besar, 86 persen responden menyatakan bahwa penghasilan mereka berkurang.
Laporan Indonesia Spotlight August 2020, yang mencakup respons survei dari 586 pekerja independen atau gig worker di Indonesia, adalah edisi ketiga dari seri laporan Flourish yang dinamakan The Digital Hustle: Gig Worker Financial Lives Under Pressure.
Flourish adalah investor modal ventura global yang berfokus pada investasi Fintech tahap awal, yang membantu orang mendapatkan peluang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan finansial mereka.
Temuan lainnya, jumlah pekerja independen atau gig worker di Indonesia dengan penghasilan lebih dari Rp 3 juta per bulan (US $200) mengalami penurunan yang tajam, dari 43% pada bulan Maret 2020 ke hanya 5% pada bulan Juni/Juli 2020.
Selain itu, terdapat lonjakan besar dalam jumlah pekerja independen atau gig worker dengan penghasilan kurang dari Rp 1 juta ($70), dari 8% pada bulan Maret 2020 ke 55% pada bulan Juni/Juli 2020.
Sebabnyak 74% responden sangat khawatir tentang COVID-19.
Pekerja independen atau gig worker lebih khawatir tentang dampaknya pada mata pencaharian mereka (52%) daripada pada kesehatan mereka (14%).
Baca: Subsidi Gaji Rp 600 Ribu Tahap III Mulai Disalurkan ke 3,5 Juta Nomor Rekening Pekerja Hari Ini
Pekerjaan yang memerlukan interaksi tatap muka lebih terkena dampaknya. 71% penyedia layanan kesehatan di rumah (seperti mereka yang menawarkan jasa pijat di rumah), 65% pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing, dan 55% pengemudi pengiriman telah kehilangan penghasilan. Penjual online dan pekerja rumah tangga lainnya, seperti asisten rumah tangga, tidak terlalu terkena dampaknya.
Tidak ada perbedaan penghasilan antara jenis kelamin.
Laporan menunjukkan bahwa pria dan wanita sama terpengaruhnya oleh penurunan ekonomi akibat COVID-19
di Indonesia.
Di negara-negara lain yang disurvei sebagai bagian dari seri The Digital Hustle, kaum wanita lebih terkena dampaknya.
Pekerja independen atau gig worker di kota-kota besar paling terkena dampaknya. 63% responden kehilangan penghasilan, dibandingkan dengan 49% di kota-kota yang lebih kecil.
Pekerja independen atau gig worker di Indonesia hidup dalam tekanan. Hampir 60% responden mengatakan bahwa jika mereka kehilangan sumber penghasilan utama mereka, mereka tidak akan dapat mencukupi pengeluaran rumah tangga mereka dalam satu bulan tanpa meminjam uang.
Tilman Ehrbeck, managing partner di Flourish mengatakan, dalam penurunan ekonomi akibat pandemi COVID-19, pekerja independen atau gig worker telah secara signifikan terkena dampaknya dan mereka tetap rentan mengalami kesulitan dalam hal finansial.
Baca: Kronologis 4 Pekerja Tambang Batu Bara di Sawahlunto Sumbar Tertimbun Tanah, 3 di Antaranya Tewas
“Ekonomi dengan sistem pekerja independen atau gig worker memungkinkan jutaan pekerja dalam sektor informal Indonesia, yang secara historis kurang diperhatikan oleh industri finansial, meresmikan mata pencaharian mereka dan menjadi lebih terhubung ke keuangan digital," katanya.
"Kami melakukan riset ini untuk memahami bagaimana perusahaan Fintech dapat dengan lebih baik melayani para pekerja independen atau gig worker ini, serta individu dan usaha kecil yang rentan mengalami kesulitan, selama krisis ini dan di masa mendatang,” tuturnya.
Menemukan Cara-Cara Baru untuk Mengatasi
Laporan Flourish juga berisi pertanyaan bagaimana pekerja independen atau gig worker di Indonesia menyesuaikan diri dengan krisis COVID-19.
Sebanyak 66% dari mereka yang mengurangi konsumsi, konsumsi makanan merupakan pengeluaran utama yang mereka kurangi.
Sebanyak 61% responden menemukan pekerjaan baru atau pekerjaan tambahan, sebagian besar melalui platform digital, seperti penjualan ritel online atau pekerjaan berdasarkan permintaan.
"Hampir 40% berencana untuk mencari pekerjaan baru dalam bulan-bulan mendatang," katanya.
Peluang bagi Fintechs
Meskipun secara langsung khawatir tentang krisis COVID-19, para pekerja independen atau gig worker di Indonesia juga fokus pada masa depan.
Menabung demi masa depan merupakan tujuan nomor satu jangka pendek dan jangka panjang pekerja independen atau gig worker.
81% responden sangat mengkhawatirkan kemampuan mereka menabung untuk usia tua nanti.
Keamanan yang terutama – secara spesifik, risiko tidak mampu bekerja.
Sebagian besar responden sangat khawatir tentang bagaimana jika mereka tidak mampu bekerja apabila mereka jatuh sakit atau terlibat dalam kecelakaan (66%), atau jika telepon atau mobil mereka rusak (59%).
Pekerja independen atau gig worker lebih gelisah tentang kebutuhan uang tunai jangka pendek daripada pendanaan jangka panjang. 63% responden sangat khawatir tentang
apakah mereka memiliki cukup banyak uang tunai untuk melakukan pekerjaan mereka, dibandingkan dengan hanya 32% yang khawatir tentang akses ke pendanaan aset.
“Pandemi menggarisbawahi tantangan yang dihadapi pekerja independen atau gig worker di Indonesia, serta kemampuan beradaptasi mereka dan dorongan kewirausahaan mereka dalam menghadapi kesulitan,” kata Smita Aggarwal, global investments advisor di Flourish.
“Walaupun pekerja independen atau gig worker telah menunjukkan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi krisis ini, kami percaya terdapat peluang yang berarti untuk platform kerja independen dan Fintechs guna memenuhi kebutuhan finansial pekerja yang belum terpenuhi, dan membantu likuiditas jangka pendek, perlindungan penghasilan, serta resiliensi jangka panjang. (Kompas.com/Sakina Rakhma Diah Setiawan)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Survei: 86 Persen Pekerja Independen Penghasilannya Berkurang akibat Pandemi"