Ekonom Ini Bilang, Grab Lebih Menginginkan Merger Ketimbang Gojek
Kabar merger antara dua startup berlabel Decacorn yaitu Gojek dan Grab mendapat beragam komentar dari para ekonom.
Editor: Choirul Arifin
Terbaru, perusahaan investasi asal Jepang itu menjual sahamnya di ARM, perusahaan chip asal Inggris senilai USD 40 miliar.
Perubahan strategi bisnis
SoftBank juga tengah dalam proses penjualan saham di perusahaan telekomunikasi asal Jerman T-Mobile senilai US$ 21 miliar. Sementara ssebagai pemegang 60% saham Grab, Softbank juga harus menghadapi potensi bay out Uber senilai US$ 2 miliar jika akhirnya Grab gagal IPO di 2023.
Di masa pandemi Covid-19 Gojek terlihat lebih cepat melakukan perubahan strategi bisnis. Hal inilah yang membuat Gojek terlihat lebih siap dalam menghadapi penurunan bisnis transportasi akibat kebijakan PSBB.
Orang Indonesia semakin mengenal Gojek dengan layanan yang menjadi solusi saat pandemi, seperti GoFood, Gosend dan sebagainya.
"Tantangan kedepan akan semakin dinamis dan tuntutan dari pasar yang sudah berbeda gaya hidupnya harus mampu dipenuhi oleh Gojek maupun Grab," kata Bhima menambahkan.
Sebelumnya, Gojek telah melakukan serangkaian perubahan strategi untuk menghadapi pandemi.
Salah satunya memutuskan untuk kembali fokus pada bisnis ini. Bisnis inti tersebut meliputi bisnis transportasi, pesan-antar makanan dan uang elektronik.
Baca: Gojek dan Grab Diisukan Akan Merger, Begini Pandangan Analis Keuangan
Gojek juga telah menghentikan sejumlah layanan non-inti yang terdampak pandemi dan restrukturisasi organisasi secara menyeluruh demi optimalisasi pertumbuhan.
"Fokus kami adalah pada layanan inti, menghentikan layanan yang tidak dapat bertahan di tengah pandemi dan mengambil keputusan berani untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan prioritas pelanggan," jelas Chief Corporate Affairs Gojek, Nila Marita.
Baca: POPULER Techno: Asus ROG Phone 3 akan Rilis 2 Hari Lagi | Gojek dan Grab Diisukan akan Merger
Sementara Grab juga melakukan berbagai upaya efisiensi untuk mengantisipasi penurunan bisnis. Salah satunya melakukan PHK terhadap 360 karyawannya.
CEO dan Co Founder Grab Anthony Tan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada 360 karyawan terdampak karena telah berkontribusi dalam membangun Grab.
"Kepada mereka yang terdampak, kami berutang penjelasan lebih lanjut kepada Anda," tutur Tan.
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Ekonom : Grab lebih butuh merger daripada Gojek