Regulator Penerbangan Eropa Sebut Boeing 737 MAX Aman untuk Terbang Lagi
Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa atau European Union Aviation Safety Agency (EASA) telah menyatakan pesawat Boeing 737 MAX aman kembali terbang
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, COLOGNE - Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa atau European Union Aviation Safety Agency (EASA) telah menyatakan pesawat Boeing 737 MAX aman untuk kembali terbang.
Pengumuman itu disampaikan pada hari Jumat kemarin bahwa pesawat yang sebelumnya dilarang terbang tersebut kini dapat kembali melintasi langit sebelum akhir tahun 2020.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (17/10/2020), Direktur eksekutif regulator Patrick Ky mengatakan dirinya puas terkait perubahan yang dibuat oleh Boeing pada pesawat tersebut.
Ia menyampaikan bahwa setelah uji penerbangan dilakukan pada bulan September lalu, EASA kini sedang melakukan tinjauan dokumen akhir menjelang disusunnya draf arahan kelaikan udara yang diharapkan terbit bulan depan.
Tahap selanjutnya pun akan diikuti oleh tinjauan komentar publik selama 4 pekan.
Baca juga: Boeing 737 MAX Memulai Penerbangan Uji Sertifikasi di AS
Sementara itu, pengembangan yang disebut sensor sintetis untuk menambahkan redundansi akan membutuhkan waktu sekitar 20 hingga 24 bulan.
"Analisis kami menunjukkan bahwa ini aman, dan tingkat keamanan yang dicapai cukup tinggi bagi kami. Yang kami diskusikan dengan Boeing adalah fakta bahwa dengan sensor ketiga, kami dapat mencapai tingkat keamanan yang lebih tinggi," kata Ky.
Di sisi lain, Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat (AS), yang menjadi badan sertifikasi utama Boeing, menahan diri untuk tidak terburu-buru membuat keputusan terkait perizinan pesawat itu untuk terbang.
Ketua FAA Steve Dickson, yang menerbangkan MAX akhir bulan lalu, mengatakan bahwa dirinya memang 'sangat nyaman' membawa pesawat itu, namun prosesnya belum selesai.
Pesawat penumpang terlaris buatan pabrikan AS, 737 MAX saat ini tampaknya diganti namanya menjadi 737-8.
Sebelumnya pesawat ini telah dilarang terbang selama lebih dari setahun, setelah terjadinya dua kecelakaan fatal selama kurang dari enam bulan.
Kecelakaan itu terjadi di Indonesia dan Ethiopia serta menewaskan total 346 orang.
Dalam dua kasus tersebut, perangkat lunak kontrol baru penerbangan menyebabkan pesawat ini menukik secara tak terduga, segera setelah lepas landas.
Insiden tragis tersebut pun akhirnya memicu kekhawatiran yang meluas terkait lemahnya teknis dan kualitas kontrol di Boeing, serta pelatihan yang sesuai bagi pilot untuk menerbangkan 737 MAX.
Bahkan anggota parlemen AS yang menyelidiki perusahaan tersebut pada tahun lalu menuduh Boeing menyembunyikan informasi tentang pesawat dari regulator selama proses persetujuan.