Kerugian Boeing Terus Meningkat Di Tengah Krisis Covid-19 dan Kegagalan 737 MAX
Kerugian ini dipicu pandemi virus corona (Covid-19) dan 737 MAX yang bermasalah sehingga mengganggu penjualan perusahaan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Produsen pesawat Amerika Serikat (AS) Boeing melaporkan kerugian kuartalan keempat berturut-turut pada hari Rabu kemarin.
Kerugian ini dipicu pandemi virus corona (Covid-19) dan 737 MAX yang bermasalah sehingga mengganggu penjualan perusahaan.
Arus kas keluar pun naik menjadi 5,08 miliar dolar AS pada kuartal tersebut, dari 2,89 miliar dolar AS pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Total utang juga melonjak menjadi 61 miliar dolar AS, dari 19,2 miliar dolar AS.
Menurut perkiraan IBES dari Refenitiv, Boeing kehilangan 1,39 dolar AS per saham, angka ini di bawah ekspektasi rata-rata Wall Street sebesar 2,52 dolar AS per saham.
Pendapatan perusahaan ini pun turun 29 persen menjadi 14,14 miliar dolar AS, melampaui prediksi analis sebesar 13,90 miliar dolar AS.
Baca juga: Boeing Klaim Hasil Uji Teknologinya Efektif Basmi Virus Covid-19
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (29/10/2020), CEO Boeing Dave Calhoun memberitahu karyawannya bahwa perusahaan kemungkinan akan menghilangkan sekitar 30.000 pekerjaan pada akhir tahun depan melalui Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan pengurangan.
Angka itu nyaris dua kali lipat dari rencana awal perusahaan yang akan memberhentikan sekitar 130.000 tenaga kerja globalnya.
Menegaskan kembali ekspektasinya bahwa pengiriman pesawat 737 MAX ke AS akan dilanjutkan sebelum akhir tahun, Boeing mengatakan pihaknya tetap berpegang pada tingkat produksi lorong ganda yang diumumkan pada Juli, serta target untuk mencapai tingkat pembangunan 31 pesawat berbodi sempit (narrow body) setiap bulannya di awal 2022.
Administrasi Penerbangan Federal diperkirakan akan mencabut perintah grounded 737 MAX, namun ini masih menunggu persetujuan terkait perangkat lunak dan perubahan pelatihan pilotnya.
Baca juga: Boeing Patenkan Tongkat Ultraviolet Pembasmi Covid-19 di Kabin Pesawat Terbang
Hal ini mengindikasikan bahwa pesawat ini bisa kembali beroperasi pada 2021.
Awal bulan ini, Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa atau European Union Aviation Safety Agency (EASA) menyatakan pesawat 737 MAX aman untuk terbang.
Lembaga itu mengumumkan bahwa pesawat yang di-ground-kan tersebut dapat kembali ke langit kawasan itu sebelum akhir tahun ini.
Setelah menjadi pesawat penumpang terlaris Boeing, 737 MAX tampaknya telah diubah namanya menjadi 737-8.
Pesawat itu sebelumnya telah dilarang terbang selama lebih dari satu tahun, setelah terjadinya dua kecelakaan fatal yang berjarak kurang dari enam bulan di Indonesia dan Ethiopia serta menewaskan total 346 orang.
Dalam kedua kasus tersebut, perangkat lunak kontrol penerbangan disebut menjadi penyebab pesawat menukik secara tidak terduga, segera setelah lepas landas.
Insiden tragis tersebut pun akhirnya memicu kekhawatiran yang meluas terhadap isu lemahnya teknis dan kualitas kendali di Boeing, serta pelatihan yang sesuai bagi pilot untuk menerbangkan 737 MAX.
Anggota parlemen AS yang menyelidiki perusahaan itu pada tahun lalu bahkan menuduh Boeing menyembunyikan informasi tentang pesawat ini dari regulator selama proses persetujuan.