Panic Buying Sempat Buat Penjualan Ritel Modern Tumbuh Pesat, Apa Kabar Sekarang?
Di situasi panic buying tersebut banyak kelompok masyarakat yang terbilang mampu berbondong-bondong memenuhi kebutuhan primernya.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey menjelaskan, kali terakhir penjualan ritel modern tumbuh signifikan saat fenomena panic buying.
"Kita ini kan berada di sektor hilir jadi paling mudah dilihat kondisinya. Di awal pandemi, kita justru mengalami pertumbuhan selama tiga sampai empat hari," kata Roy dalam diskusi daring, Sabtu (7/11/2020).
Baca juga: Bambang Soesatyo: Stimulasi Konsumsi dan Kinerja UMKM Efektif Hadapi Resesi
Baca juga: Menparekraf: Kunci UMKM Sukses Go Digital Adalah Pemasaran
Di situasi panic buying tersebut banyak kelompok masyarakat yang terbilang mampu berbondong-bondong memenuhi kebutuhan primernya.
Pada masa awal pandemi itu, Aprindo acap kali menegaskan anggotanya siap memenuhi kebutuhan konsumen di tengah permintaan yang sangat tinggi.
"Tetapi kalau ditanyakan kondisi sekarang, belum sepenuhnya kembali normal. Kita melihatnya dari indeks-indeks penjualan riil yang disurvei oleh Bank Indonesia (BI)," tambah Roy.
Dia menekankan indeks penjualan riil (IPR) saat ini masih under perform di bawah 10 persen.
Menurutnya, IPR justru cenderung terkontraksi single digit antara 5-6 persen.
"Secara tahunan memang terkontraksi tetapi antar kuartal ada juga yang tumbuh," imbuhnya.
Sebelumnya Bank Indonesia mencatat Indeks Penjualan Riil (IPR) dalam survei penjualan eceran mengalami perbaikan per Agustus 2020.
Meskipun terkontraksi 9,2 persen year on year (yoy) tetapi masih lebih baik dari Juli 2020 yang terkontraksi 12,3 persen.
“Perbaikan terjadi pada sebagian besar kelompok barang, dengan penjualan Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau tumbuh positif. Ini sejalan dengan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang mendorong aktivitas masyarakat,” ucap Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan tertulis.