Sepakat dengan Pernyataan Sri Mulyani, Ekonom UI: Indonesia Sudah Lewati Masa Sulit
perekonomian RI sudah sangat adaptif dan solid jika melihat pertumbuhan kuartal II 2020 ke kuartal III 2020.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menyampaikan secara teknis Indonesia mengalami resesi tetapi secara kuartalan tumbuh 5,05 persen.
"Kalau kita bandingkan kuartal ke kuartal kita sudah turning point. Jadi bahwa saya sepakat dengan pernyataan Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan, red) bahwa masa sulit telah berakhir," ucap Faisal dalam diskusi virtual, Sabtu (7/11/2020).
Menurutnya, perekonomian RI sudah sangat adaptif dan solid jika melihat pertumbuhan kuartal II 2020 ke kuartal III 2020.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: Vaksin Covid-19 Bisa Pulihkan Konsumsi Kalangan Menengah Atas
"Yang bisa kita bandingkan melihat implikasi dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid I di mana indeks manajer pembelian anjlok dalam sekali dari 47 persen ke 27 persen," kata Faisal.
Berlanjut sampai Agustus 2020 ketika dilakukan pelonggaran, industri mulai ekspansif hingga di level 58 persen.
Kemudian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menarik rem darurat PSBB jilid II, namun tidak jatuh terlalu dalam karena ekonomi sudah kembali solid.
"Kita lihat magnitudenya itu kembali ke 47 persen. Artinya tidak anjlok seperti PSBB jilid I," kata Faisal lagi.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan perekonomian Indonesia minus 3,49 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pencapaian tersebut lebih baik dibandingkan kuartal II 2020 yakni minus 5,32 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah atau turning point dari aktivitas-aktivitas ekonomi nasional menunjukkan ke arah zona positif," ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (5/11/2020).
Sri Mulyani menjelaskan, komponen pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pengeluaran mengalami peningkatan maupun dari sisi produksi.
Selain itu, perbaikan kinerja perekonomian didorong oleh stimulus fiskal atau peran dari instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di dalam penanganan pandemi Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional.
Eks direktur pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, penyerapan belanja negara mengalami akselerasi atau peningkatan pada kuartal III yaitu tumbuh 15,5 persen.