Rupiah Loyo, Pengamat Salahkan Gubernur BI yang Keluarkan Pernyataan Seperti Ini
Nilai tukar rupiah di akhir pekan kemarin terlihat, melemah menjauh dari level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah di akhir pekan kemarin terlihat, melemah menjauh dari level Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Di mata pengamat, loyonya mata uang Garuda dinilai karena terpicu pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, ke depan BI masih ada ruang penurunan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate pada rapat kerja Komisi XI DPR.
"Menurut Perry, penurunan suku bunga ini tentu dengan memantau perkembangan ekonomi global dan domestik. Saat ini, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali atau sebesar 100 basis poin menjadi 4 persen," ujar Pengamat pasar modal Hans Kwee, Senin (16/11/2020).
Baca juga: Awal Pekan, Rupiah Dibuka Menguat ke Rp 14.125 per Dolar AS, Berikut Prediksinya
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir pekan kemarin berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot dolar Rate (JISDOR) USD-IDR melemah lagi ke Rp 14.222.
Baca juga: Sentimen Positif Pasar Terhadap Kemenangan Biden Memudar, Ini Imbasnya ke IHSG
Hal tersebut membuat nilai tukar rupiah melemah sebesar 35 poin dibanding hari sebelumnya yang berada di level Rp 14.187 per dolar AS.
Sementara itu, Hans menambahkan, keputusan ini sejalan dengan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk mempertimbangkan rendahnya tekanan inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah.
"Saat ini, rapat dewan Gubenur BI yang terdekat pada 19 November 2020, tetapi kami perkirakan BI akan mempertahankan suku bunga tidak berubah di angka 4 persen," pungkasnya.