Potensi PLTP Kamojang, Dari Sumber Listrik Panas Bumi, Budidaya Jamur Sampai Lokasi Wisata
Selain menjadi sumber listrik, Kamojang dimanfaatkan sebagai lokasi wisata bernama Kawah Kamojang.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hasiolan Eko P Gultom

TRIBUNNEWS.COM - Jawa Barat memiliki potensi panas bumi yang besar. Satu di antaranya di wilayah di Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Potensi sumber energi itu pertama kali ditemukan Belanda tahun 1918, tepatnya di sekitar Gunung Gajah gugusan Gunung Guntur Bandung, dengan potensi setara dengan 300 MW.
Setelah melalui banyak diskusi, tahun 1926 dilakukan pengeboran pertama.
Di tahun-tahun berikutnya, dilakukan kerja sama dengan Selandia Baru untuk eksplorasi. Hingga akhirnya di tahun 1982, PLTP Kamojang beroperasi.
Baca juga: Sumber Daya Panas Bumi Melimpah, Kapasitas Terpasang Baru 2,1 Gigawatt
Kini, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pertama di Indonesia itu berdiri megah di Kabupaten Bandung.
Selain menjadi sumber listrik, Kamojang dimanfaatkan sebagai lokasi wisata bernama Kawah Kamojang.
Ada beberapa kawah di sana yang biasa dikunjungi pelancong.
Meski berada di Kabupaten Bandung, orang yang ingin berkunjung kesana disarankan lewat Garut.
Sebab akses jalan dari Bandung lebih curam dan berbahaya.
Baca juga: PLTP Muara Laboh Tahap-1 di Solok Selesai Dibangun, Bisa Pasok Daya Listrik 340 Ribu Rumah Tangga
Potensi PLTP Kamojang
Pengelolaan panas bumi Kamojang dilakukan sejumlah BUMN. Salah satunya Indonesia Power (IP), anak perusahaan PLN yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan pembangkit.
Corporate Secretary IP, Igan Subawa Putra mengatakan, PLTP Kamojang Power Generation O&M Services Unit (POMU), saat ini mengelola 7 unit pembangkit berkapasitas 375 MW.
Jumlah itu terbagi di 3 sub unit.
Yaitu PLTP Kamojang dengan 3 unit pembangkit dengan kapasitas sebesar 140 MW. Kemudian PLTP Darajat di Kabupaten Garut dengan 1 unit sebesar 55 MW dan PLTP Gunung Salak di Kabupaten Bogor sebesar 180 MW dengan 3 unit pembangkit. IP Kamojang POMU juga mengelola PLTP Ulumbu di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 10 MW.
“PLTP Kamojang pertama kali beroperasi tahun 1982 dengan 1 unit pembangkit dan terus ditingkatkan hingga menjadi 7 pembangkit dengan total kapasitas terpasang 375 MW,” tutur Igan beberapa waktu lalu di Kamojang, dilansir Kompas.com.
Igan menambahkan, berbagai pencapaian didapatkan Kamojang POMU.
Seperti pencapaian EAF (Equivalent Availability Factor) dan EFOR (Equivalent Force Outage Rate) hingga Juli 2019 berada di angka 96,44 dan 0,68.
Kamojang POMU juga meraih Proper Emas 2019 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia dan penghargaan Mitra Pembangunan Jawa Barat Program CSR / PKBL dari gubernur Jawa Barat.

Angkat Ekonomi Warga
Keberadaan PLTP Kamojang POMU juga mampu memberikan manfaat yang besar bagi penduduk setempat.
Selain mendapatkan daya listrik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun sebagai aktivitas produktif, Kamojang juga dimanfaatkan sebagai lokasi objek wisata bernama Kawah Kamojang dan mampu mengangkat ekonomi penduduk setempat.
Kegiatan positif CSR pun terus digenjot dengan melibatkan masyarakat setempat untuk melakukan budidaya jamur yang dilakukan oleh PT PLN Persero ini.
Kegiatan ini mendapatkan respon positif dari masyarakat, karena peran dari kegiatan CSR tersebut mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian mereka.
Sehingga menjadi perhatian bagi beberapa influencer yang tertarik dengan program CSR beserta budidaya jamur yang dilakukan oleh PLN Peduli.
Beberapa CSR lain pun digenjot Kamojang POMU. Seperti budidaya tanaman kopi pelag. Kopi ini ditanam selain untuk tanaman penyangga pencegah longsor juga sebagai area tangkapan air.
Fungsinya sebagai natural recharge sumber uap panas bumi.
Kamojang POMU juga memberdayakan nelayan ikan di Situ Bagendit.
Selain menggenjot budidaya jamur, dan berencana menanam 1000 pohon hingga 2021 untuk mengurangi emisi karbondioksida.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PLTP Kamojang, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Pertama di Indonesia"