Gandeng PGI, BRG Lakukan Restorasi Gambut Melalui Pendekatan Agama
Ketua Umum PGI, Pendeta (Pdt) Gomar Gultom mengatakan masalah lingkungan telah dibicarakan dalam Sidang Raya PGI 2014 di Nias, Sumatera Utara.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) menggagas kehadiran kader jemaat gereja pencinta alam.
Gagasan ini diwujudkan melalui program Green School Gereja Sahabat Alam 2020.
Ketua Umum PGI, Pendeta (Pdt) Gomar Gultom mengatakan masalah lingkungan telah dibicarakan dalam Sidang Raya PGI 2014 di Nias, Sumatera Utara.
Masalah lingkungan masuk dalam empat keprihatinan selain persoalan kemiskinan, ketidakadilan, dan radikalisme.
Baca juga: Jadwal Live Misa Online Sabtu Minggu 14-15 November 2020, Link Gereja Katedral Berbagai Daerah
“Keprihatinan terhadap lingkungan karena lima tahun ke depan muncul krisis ekologis di dunia ini. Terjadi perubahan iklim yang bisa membuat petani kesulitan memprediksi kapan musim tanam dan panen,” kata Gultom, dalam pembukaan Green School Gereja Sahabat Alam 2020.
Gultom menyebut, perubahan iklim muncul karena eksploitasi alam demi pemenuhan konsumsi manusia. Untuk itu, sejak 2011 PGI telah mencanangkan zero penggunaan plastik untuk kegiatan gereja.
Mengenai persoalan gambut, Gultom mengatakan perlu pendekatan spiritual untuk memperbaikinya.
Sebab, kerusakan gambut telah mengakibatkan kerugian yang mencapai triliunan rupiah dan kesehatan manusia, hingga kematian.
“Upaya restorasi ini memang butuh waktu panjang, tetapi kalau tidak dimulai sekarang bagaimana mau pulih?” kata dia.
Baca juga: Jaga Kelestarian Alam, Restorasi Gambut Mengedepankan Kearifan Lokal
Sementara itu, Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A.Safitri, mengatakan kegiatan Gereja Sahabat Alam ini merupakan tindak lanjut kerja sama BRG dan PGI beberapa tahun lalu mengenai peningkatan kapasitas pendeta di wilayah kerja restorasi gambut.
Myrna mengatakan sudah ada 104 pendeta peduli gambut yang menjadi mitra BRG.
“Tujuannya untuk menyebarluaskan pesan perlindungan alam untuk jemaat gereja dengan bahasa keimanan yang kita ketahui,” kata Myrna.
Myrna mengatakan kerja restorasi gambut perlu juga memasukkan unsur aspek moral keagamaan.
Alasannya, kerja pemulihan tidak bisa berjalan tanpa ada niat ibadah kepada Tuhan.