Menangkap Peluang Lonjakan Harga Bitcoin
Fenomena ini memang tidak pernah disangka-sangka. Karena, pada Maret 2020 lalu, harga Bitcoin sempat drop.
Editor: Choirul Arifin
"Namun kini, 6 bulan setelah halving, harganya tembus US$ 19.000 pada Rabu 25 November kemarin, atau meningkat 220% lebih,” Kai menjelaskan.
Melihat kenaikan harga Bitcoin yang ‘hanya’ di angka ratusan persen usai halving ketiga ini, tak mengherankan banyak analis memperkirakan harga per Bitcoin akan terus naik.
Bahkan harga bitcoin diperkirakan dapat menembus US$ 318.000 pada akhir 2021, atau naik 3.700%, seperti halnya fenomena kenaikan harga ribuan persen pada peristiwa halving kedua.
Terlepas dari faktor halving, peristiwa lain yang dianggap turut melejitkan harga Bitcoin saat in terjadi di Negeri Paman Sam.
Pada Juli lalu, The Office of The Comptroller of the Currency (OCC) alias Kantor Pengawas Mata Uang Amerika Serikat mengizinkan perbankan di AS untuk memegang asset kripto.
Hal ini lantas memicu kenaikan permintaan terhadap berbagai aset kripto, seperti Bitcoin, khususnya di Amerika Serikat.
Angin segar terakhir yang memungkinkan perluasan penggunaan asset kripto secara masif datang dari PayPal, penguasa perantara pembayaran digital lintas negara.
Pada 23 Oktober 2020 lalu, PayPal mendeklarasikan bahwa 346 juta penggunanya bisa membeli, menjual dan menyimpan aset kripto pada platformnya.
Tak pelak hal ini memicu kenaikan permintaan BTC yang mendorong kenaikan harganya melewati US$ 12.950 per BTC pada akhir Oktober 2020 lalu.
Fenomena melejitnya harga Bitcoin juga ternyata diiringi kenaikan harga mata uang kripto lainnya seperti Ethereum (ETH), Ripple (XRP) dan Binance Coin (BNB).
Analis JP Morgan Nikolaos Panigirtzoglou dalam wawancara dengan media ternama asal Inggris The Guardian pada 17 November lalu menyebut, kenaikan harga berbagai aset kripto lainnya tak lepas dari pengaruh krisis akibat pandemi Covid-19.
Krisis kali ini, kata analis tersebut, rupanya memicu pergeseran pola investasi jangka panjang para investor.
Krisis ini, ditambah dengan pelemahan harga emas selama empat bulan terakhir dari US$ 2.072 per troy ounce di Agustus 2020 lalu, menjadi US$ 1.800 per troy ounce pada November, telah memicu para investor untuk memasukkan asset kripto dalam portofolio investasi jangka panjang mereka.
“Krisis ini,” kata Nikolaos Panigirtzoglou kepada The Guardian, “telah memicu peninjauan kembali atas nilai Bitcoin sebagai mata uang alternatif, sekaligus sebagai alternatif investasi dari emas,” urainya.
Berbagai faktor di atas tak pelak telah meningkatkan kepercayaan publik terhadap berbagai aset kripto.