Bisnis Restoran Cepat Saji Lesu, Jika Turun ke Jalan Bisa Rebut Pasar UMKM, Ini Saran Pengamat
Sektor bisnis makanan dan minuman cepat saji paling terkena dampak pandemi corona. Banyak yang turun kelas jualan di jalan. Ini merebut pasar UMKM.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor bisnis makanan dan minuman cepat saji paling terkena dampak pandemi corona atau covid-19, sehingga saat ini mereka harus pintar-pintar mencari cara agar dapat bertahan.
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) contohnya, sepanjang Januari hingga September 2020 menanggung rugi Rp 298,34 miliar.
Padahal, periode sama tahun sebelumnya, perusahaan pengelola restoran KFC Indonesia ini masih mencatatkan laba Rp 175,7 miliar.
Kemudian, pengelola gerai Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) harus mencatat rugi periode Januari
hingga September 2020 senilai Rp 8,67 miliar.
Baca juga: Pizza Hut Putuskan Tetap Jualan di Pinggir Jalan Karena Ini
Baca juga: Banyak yang Tertarik Bisnis UMKM di Tengah Pandemi, BNI Syariah Genjot Pembiayaan Mikro
Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih mencatat laba periode berjalan sebesar Rp 149,24 miliar.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, bisnis restoran cepat saji akan terus kesulitan di tengah pandemi Covid-19.
"Iya sebelum pandemi berakhir memang sulit untuk beroperasi normal,"ujarnya melalui pesan WhatsApp kepada Tribun, Rabu (2/12/2020).
Di sisi lain, Enny menyarankan kepada para pengusaha restoran cepat saji agar memutar otak lebih kencang untuk mencari model bisnis baru, terutama dari sisi pemasaran.
"Harus ada inovasi pemasaran, misal kemasan pesan antar," pungkasnya.
Jualan di Jalan
Mensiasati penjualan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) hingga saat ini masih berjualan di jalanan dan akan terus mengembangkan cara tersebut di tengah pandemi corona atau Covid-19.
Sekretaris Perusahaan Sarimelati Kencana Kurniadi Sulistyomo mengatakan, sampai sekarang ini perusahaan baru rencanakan satu kendaraan food truck untuk berjualan di jalanan.
"Kami melihat dan harus mempelajari dulu kalau memang bagus kami akan kembangkan lagi ya. Kami dalam masih dalam tahap pembelajaran sampai sekarang ini," ujarnya.
Kurniadi menjelaskan, di sisi lain sampai sekarang perusahaan masih tetap akan ada rencana mengembangkan outlet, terutama outlet-outlet di luar kota besar.
"Tetap akan ada rencana. Jadi, belum ada rencana pengurangan outlet karena food truck untuk
saat ini masih dalam bagian tahap penjajakan pasar," katanya.
Sementara, berkenaan dengan inovasi yang selanjutnya itu bukan hanya dibatasi hanya untuk membuka channel penjualan, tapi juga produk.
"Kami banyak melakukan berbagai hal contohnya saya sebutkan produk baru kami, salah satu inovasi yang baru Kami luncurkan adalah Pizza Black Krakatau," pungkasnya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, langkah
yang diambil Pizza Hut tersebut memang inovatif, tapi dapat mengambil jatah pasar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
"Sulit juga karena yang terjadi ketika restoran turun kelas maka akan mengambil pangsa pasar UMKM. Jadinya
kanibalisme" ujarnya.
Selain itu, dia menjelaskan, cara baru dalam berjualan ini tidak otomatis meningkatkan penjualan karena daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke atas masih lesu.
"Jadi, yang beli itu-itu saja karena kelas menengah ke atas menunda makan di restoran. Kasus positif Covid-19 yang kembali naik juga makin menurunkan minat belanja masyarakat," kata Bhima.
Cara untuk mendorong daya beli dinilainya adalah dengan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang fokus ke sisi menaikkan permintaan.
"Kuncinya ada di stimulus PEN di sisi permintaannya didorong. Stimulus PEN sebaiknya bergeser dari
sisi pasokan atau supply side menjadi perbesar ke sisi permintaan atau demand side,"
pungkasnya.(Tribun Network/van/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.