Ekonom: Covid-19 Bikin Negara Maju dan Berkembang Kompak Kena Resesi
Poltak Hotradero mengatakan resesi yang disebabkan pandemi virus corona (Covid-19) tidak hanya berdampak bagi negara berkembang
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti senior sekaligus ekonom Poltak Hotradero mengatakan resesi yang disebabkan pandemi virus corona (Covid-19) tidak hanya berdampak bagi negara berkembang seperti Indonesia, namun juga negara maju.
"Pada tahun 2020 ini, dua-duanya kena, itu yang membuat tahun 2020 ini menjadi unik. Jadi boleh dikatakan ekonomi dunia mengalami resesi," ujar Poltak, dalam agenda virtual bertajuk 'How Media & Insurance Face Covid-19 Challenges' yang digelar Allianz Indonesia, Senin (14/12/2020) siang.
Baca juga: Sandiaga Usulkan 2 Formula Keluarkan Indonesia dari Jurang Resesi
Baca juga: BPPK Kemenkeu: Resesi Indonesia Tidak Separah Negara Lain
Ia pun menambahkan, sebelum muncul pandemi, sebenarnya ekonomi global cukup lama bertahan dari ancaman pelambatan ekonomi.
Namun saat memasuki 2020, resesi pun terjadi karena nyaris seluruh sektor penopang perekonomian di negara maju dan berkembang, melesu akibat pandemi ini.
"Jadi sudah cukup lama ekonomi dunia itu bisa bertahan dari pelambatan ekonomi, tetapi tahun 2020 ini boleh dikatakan knock out (KO), terjadi resesi global," kata Poltak.
Berbeda dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan pandemi Covid-19, Poltak menyebut bahwa krisis yang terjadi pada masa lalu hanya berdampak pada negara maju.
"Pada masa lalu yang kena adalah sektor finansial di negara maju seperti di Amerika Utara, Eropa," jelas Poltak.
Begitu pula saat terjadi krisis 1998, hanya negara berkembang yang terkena imbasnya.
"Nah sementara pada krisis Asia 1998, yang kena justru negara berkembang, di Asia terutama," pungkas Poltak.
Namun kasus unik terjadi saat pandemi Covid-19 melanda, yang akhirnya menyebabkan negara berkembang hingga maju turut 'babak belur' dihantam pandemi ini.