Program Mandatori Biodiesel Jalan Terus di 2021 meski Harga Sawit Sedang Tinggi
Pemerintah akan menjalankan program ini meski harga kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sedang tinggi-tingginya.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebagai Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan menyatakan, program mandatori biodiesel jalan terus di 2021.
Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman mengatakan, pemerintah akan menjalankan program ini meski harga kelapa sawit (crude palm oil/CPO) sedang tinggi-tingginya.
"Sesuai pernyataan Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) bahwa pemerintah tetap jalankan program biodiesel di 2021," ujarnya di Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Eddy menjelaskan, untuk menjaga ketersediaan dana insentif dalam program tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menerbitkan kebijakan tarif pungutan ekspor minyak sawit.
Baca juga: BPDPKS Targetkan Pungutan Ekspor Sawit Rp 45 Triliun di 2021
"Ini jadi sumber utama BPDPKS untuk menyalurkan dana (insentif). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191 Tahun 2020 yang pada dasarnya menaikkan tarif pungutan ekspor karena harga minyak sawit cenderung terus meningkat," katanya.
Baca juga: Ekonom Faisal Basri Bilang, Skema Program Biodiesel di Indonesia Mengerikan Sekali
Di sisi lain, dia mengungkapkan, pergerakan harga minyak dunia yang lebih melambat saat ini memengaruhi harga biodiesel.
Harga biodiesel dinilainya harus sama dengan minyak solar karena jika lebih tinggi maka BPDPKS harus bayar selisihnya.
"Kondisinya pergerakan harga minyak cenderung turun. Di sisi lain, harga CPO naik terus, sehingga ada gap (selisih)," tutur Eddy.
Dengan demikian, dia menambahkan, apabila fenomena ini berlanjut maka kebutuhan anggaran untuk mendukung program biodiesel bisa membengkak.
"Anggaran mendukung program biodiesel ini sangat penting dan menjadi semakin besar. Di 2021, ditargetkan produksi biodiesel berkisar 9,2 juta kiloliter dan dengan selisih harga maka kami proyeksi biaya makin besar," pungkas Eddy.
Adapun, BPDPKS telah menyalurkan insentif untuk biodiesel sampai 15 Desember 2020 kemarin sekira Rp 25,67 triliun dengan volume 7,43 juta kiloliter.