Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IATA: Permintaan Penerbangan Di 2020 Turun ke Level Terburuk Dalam Sejarah

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) melaporkan pada hari Rabu lalu bahwa industri penerbangan global

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in IATA: Permintaan Penerbangan Di 2020 Turun ke Level Terburuk Dalam Sejarah
Tribun Lampung/Deni Saputra
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, MONTREAL - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) melaporkan pada hari Rabu lalu bahwa industri penerbangan global terpukul oleh tingkat permintaan terburuk dalam sejarah penerbangan.

Lalu lintas udara untuk tahun 2020 turun 65,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan didorong anjloknya pemesanan berjangka sejak akhir Desember 2020.

Jumlah wisatawan internasional pada tahun lalu 75,6 persen lebih rendah dari level di 2019, dengan kapasitas dan faktor beban masing-masing turun 68,1 persen dan 19,2 persen.

Lalu traffic pada Desember tahun lalu mencapai puncaknya di 69,7 persen, turun 0,7 persen dari periode November yang berada pada angka 70,4 persen.

Baca juga: Penerbangan Berjalan Normal Pascaerupsi Merapi, Tidak Ada Penumpang yang Membatalkan Perjalanan

Sementara permintaan domestik juga turun 48,8 persen dibandingkan tahun 2019, dengan kapasitas dan faktor beban menyusut yakni masing-masing 35,7 persen dan 17 persen.

Meskipun IATA memperkirakan peningkatan sebesar 50,4 persen pada 2021, akan ada 'risiko penurunan yang parah' jika pemerintah memberlakukan pembatasan perjalanan secara total dalam upaya mengatasi varian baru virus tersebut.

BERITA REKOMENDASI

Seperti yang disampaikan Kepala Eksekutif sekaligus Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac dalam sebuah pernyataan.

"Tahun lalu adalah bencana, tidak ada kata lain untuk menggambarkannya. Pemulihan selama musim panas di belahan bumi utara terhenti di musim gugur dan situasinya berubah secara dramatis, lebih buruk selama musim liburan akhir tahun, karena pembatasan perjalanan yang lebih parah diberlakukan dalam menghadapi wabah baru dan strain baru Covid-19," kata de Juniac.

Baca juga: Pengamat: Pemerintah Perlu Evaluasi Tarif Batas Atas dan Bawah Maskapai Penerbangan

Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (5/2/2021), dalam pernyataannya pada Desember 2020, ia tidak hanya mencatat hilangnya 1,7 juta pekerjaan selama pandemi pada Desember 2020.

Namun juga mengecam sistem penguncian (lockdown) nasional yang 'membuat frustrasi' industri penerbangan.

Menurutnya, kebijakan itu diberlakukan dengan koordinasi dan komunikasi yang buruk terkait penutupan perbatasan.


de Juniac menegaskan bahwa pandemi tidak dapat dikendalikan melalui tindakan seperti itu.

Ia juga memperingatkan pemerintah untuk menerapkan sistem 'lacak dan isolasi' untuk mengatasi pandemi bersama dengan panduan dari pedoman 'Lepas landas' Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.

Baca juga: Pakar Penerbangan Nilai Keluarga Penumpang SJ-182 Perlu Didampingi Pengacara Spesialis Penerbangan

"Sayangnya, panduan lepas landas belum diterapkan secara universal. Dan reaksi terhadap penemuan baru-baru ini dari varian baru Covid-19 di Inggris menunjukkan seberapa besar kesenjangannya," papar de Juniac.

Ia menilai pemerintah tidak melakukan koordinasi untuk menerapkan perangkat kebijakan yang fleksibel dan seimbang untuk menjaga dan membuka perbatasan serta mengendalikan risiko kesehatan masyarakat.

Reaksi instan pemerintah terhadap lonjakan infeksi dan mutasi virus di Inggris, hanya dengan melakukan lockdown dan menutup perbatasan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas