Tanggapi Konstraksi Ekonomi Indonesia, Pemerintah Dinilai Belum Habis-habisan Atasi Pandemi
GeNose harus dipasang di setiap tempat kegiatan masyarakat seperti mal, pasar, dan restoran
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai strategi terbaik mengatasi konstraksi ekonomi Indonesia adalah penanggulangan pandemi Covid-19 secara tepat.
"Fokus dulu ke penanggulangan pandemi saat ini kita belum fokus. Pemerintah belum habis-habisan menanggulangi pandemi," tutur Piter kepada Tribunnews, Jumat (5/2/2021).
Piter menunjukkan contoh nyata di masyarakat bahwa tracing setiap kasus Covid-19 tidak dilakukan serius. Tes Covid-19 juga belum meningkat di tengah banyaknya pertambahan kasus baru.
"Isolasi Itu harusnya untuk yang positif. Jadi menentukan orang yang positif Itu harus diutamakan. Keberadaan GeNose juga perlu dimaksimalkan sebagai alat test yang murah ciptaan anak bangsa. Alat itu harus diperbanyak," tukasnya.
Baca juga: Menteri Airlangga: Ekonomi Minus 2,07 Persen, Tapi Ada Sinyal Pemulihan
Menurutnya, GeNose harus dipasang di setiap tempat kegiatan masyarakat seperti mall, pasar, dan restoran.
"Orang boleh ke mal kalau terbukti negatif. kalau positif harus isolasi," kata Piter.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Minus 2.07 Persen, PPKM Jadi Blunder dan Stimulus Kurang Efektif
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia tahun 2020 terkonstraksi 2,07 persen juga dialami negara lain di dunia.
Baca juga: Semua Daerah Ekononominya Minus, Hanya Sulawesi, Maluku dan Papua yang Tumbuh Positif
Mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat tumbuh minus 3,5 persen, Singapura minus 5,8 persen, Korea Selatan minus 1,0 persen, Hongkong minus 6,1 persen, dan Uni Eropa minus 6,4 persen.
"Di tahun 2021, pandemi memang masih melanda dan memang tidak mudah untuk menyelesaikannya setiap negara melakukan pendekatan berbeda-beda dengan hasil tidak sama," kata Suhariyanto dalam paparan virtual, Jumat (5/2/2021).
Dia menyampaikan beberapa indikator menunjukkan hasil perbaikan misalnya nilai PMI (Purchasing Manager's Index) dari IHS markit pada Januari 2021 ini meningkat 52,2 persen.
Suhariyanto meyakini sektor industri RI sudah mulai bergeliat, begitu juga nila ekspor dan impor pada triwulan IV meningkat pesat.
"Jadi betul ada tantangan tapi juga banyak data-data indikator menunjukkan perbaikan. Kita semua sepakat kelancaran program vaksinasi dan kepatuhan pada protokol kesehatan menjadi kunci penting memulihkan perekonomian," tuturnya.
BPS mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan IV jika dilihat secara tahunan (year-on-year/yoy) terkontraksi 2,19 persen, sedangkan secara kuartalan tumbuh negatif 0,42 persen.