Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun Bisnis

Menteri PUPR Ungkap Manajemen Buruk yang Bikin Kekeringan Air dan Kebanjiran

Basuki Hadimuljono mengungkapkan peristiwa kekeringan air atau kebanjiran terjadi karena buruknya manajemen.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
zoom-in Menteri PUPR Ungkap Manajemen Buruk yang Bikin Kekeringan Air dan Kebanjiran
Tribunnews.com/ Reynas Abdila
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan peristiwa kekeringan air atau kebanjiran terjadi karena buruknya manajemen.

Basuki menegaskan tata kelola yang baik seharusnya tidak akan menemui permasalahan tersebut.

"Secara hidrologi umumnya, dalilnya, bahwa air itu tetap. Di dalam Al-quran pun disampaikan. Jadi kalau ada yang kekurangan dan ada yang kelebihan pasti manajemennya yang keliru karena Allah memberikan air dengan jumlah yang cukup," ujar Basuki dalam webinar Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat di Era Pandemi Covid-19, Kamis (11/2/2021).

Baca juga: Kemenhub Koordinasi dengan PUPR dan Korlantas Terkait Penanganan Amblasnya Ruas Jalan Tol Cipali

Menteri PUPR menekankan perlu juga memperbaiki manajemen yang keliru dalam bekerja.

"Masalah air baku ini kalau kita lihat banyak waduk-waduk yang airnya cokelat. Pasti di atas hulunya ada suatu hal yang dirusak atau diubah. Sekarang yang namanya intensitas hidrologi yang biasanya dihitung berdasarkan return period sekarang Q50-nya sama dengan Q100, dua kali lipat," ujar Basuki.

Dirinya juga menyoroti non revenue water atau air yang tidak berekening yang masih sangat tinggi sekali.

Berita Rekomendasi

Menteri Basuki menjelaskan cara manajemen memperbaiki kasus non revenue water ini kurang agresif serta selalu ada saja berbagai alasan.

Baca juga: Cuaca Ekstrem, AP II Diminta Kolaborasi dengan PUPR soal Pengelolaan Air di Bandara Halim

"Karena memang dibutuhkan banyak biaya besar baik secara teknis maupun administrasi," tukasnya.

Dia mencontoh air tidak berekening kerap terjadi di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di mana dari jumlah 100 pipa tetapi yang menjadi kwitansi bayar hanya 60 pipa.

"Menghitungnya kan sederhana itu, berapa jumlah produksi air. Kemudian yang bisa ditarik kwitansinya berapa. Nah itu bocor secara teknis atau bocor administrasi?" ujar Menteri PUPR.

Sementara Pimpinan Indonesia Water Institute (IWI) Firdaus Ali mengatakan kebutuhan air bersih menjadi tantangan di tengah pandemi Covid-19.

Mencuci tangan menggunakan air bersih menjadi anjuran dalam protokol kesehatan.

"Di samping wajib menggunakan masker, masyarkaat juga harus mencuci tangan dengan air bersih dan butuh paling 50 liter air per mari untuk cuci tangan saja satu rumah keluarga. Belum lagi kegunaan air untuk kebutuhan lainnya," ucap Firdaus.

IWI berkomitmen berkontribusi dalam permasaaah air di tanah air lewat kajian water stres index atau indeks tekanan air.

"Kita akan melakukan pemetaan kelangkaan air di DKI jakarta. Ini mungkin studi paling detai di level kelurahan," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas