Pertamina Masuk ke Proyek Incaran Tesla
PT Pertamina (Persero) akan masuk ke produk penyimpanan energi berskala besar atau Energy Storage System (ESS).
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) akan masuk ke produk penyimpanan energi berskala besar atau Energy Storage System (ESS).
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, peluang pengembangan ESS cukup besar di Indonesia, karena terdapat potensi untuk menjaga suplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"ESS ini pasar yang besar. Sehingga di masa depan, Pertamina pun akan masuk ke sana,” ucap Nicke dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu (13/2/2021).
Pertamina sendiri telah membangun PLTS di Kilang Badak dengan kapasitas 4 MW, kemudian dilanjutkan konstruksi PLTS beberapa area kilang lainnya seperti di Dumai dan Cilacap serta Sei Mangkei.
Di ketahui, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla telah mengirimkan proposal rencana investasi kepada pemerintah Indonesia. Tesla berniat investasi di ESS.
Di sisi lain, Nicke menegaskan, perseroan bersama BUMN yang tergabung dalam Indonesia Battery Holding (IBH) serius, dan fokus dalam pengembangan ekosistem Electrical Vehicle (EV) di Indonesia dengan mempercepat pembangunan EV Battery.
Dalam rangka pengembangan ekosistem dan pembangunan EV battery di Indonesia, BUMN akan menjalankan tujuh tahapan penting, yakni mining, refining, precursor plant, cathode plant, battery cell, battery pack, dan recycling.
Baca juga: Indonesia Dinilai Lebih Diuntungkan Ketika Tesla Masuk ke ESS dibanding Baterai Mobil Listrik
Pertamina akan bergerak pada empat lini tengah yakni, precursor, cathode, battery cell, dan battery pack.
Sementara pada tahap recycling, Pertamina akan bersinergi dengan PLN dan di hulu menjadi lingkup kerja PT Antam bersama Inalum.
Menurut Nicke, pada tahun ini Pertamina beserta tiga BUMN lainnya akan membentuk perusahaan patungan (Joint Venture) Indonesia Battery Corporation/IBC.
Pertamina juga sudah bekerja sama dengan dua perusahaan global, dan sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan lainnya.
“Pengembangan industri baterai yang potensi besar di Indonesia itu ada dua yakni untuk mobility, khususnya two wheels atau motor yang potensinya lebih cepat dibandingkan four wheels,” katanya.