Indonesia Siapkan Strategi Kurangi Ketergantungan Dagang dengan China
Jika China ekonominya tumbuh 5 persen, efeknya ke Indonesia diperkirakan sekitar 0,25 persen.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perdagangan menyatakan, tiga tahun lalu hubungan perdagangan simbiosis antara Indonesia dengan China masih kuat.
Sebab, Indonesia menjual produk minyak dan gas (migas) dan bahan mentah ke China, sehingga jika China ekonominya tumbuh 5 persen, efeknya ke Indonesia diperkirakan sekitar 0,25 persen.
"Tetapi, kita sekarang lagi berevolusi untuk menjual barang industri dan industri berteknologi tinggi. Contohnya, kita menjual besi ke China itu besar sekali, ekspor kita ke China itu 7 miliar dolar AS besinya dan pada saat bersamaan kita impor 7 miliar dolar AS dari China," ujar Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam wawancara virtual dengan Tribun Network, Selasa (16/2/2021).
Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia sekarang sudah sejajar karena berevolusi ke barang industri dan barang industri berteknologi tinggi.
Baca juga: Tips Mencegah Terpapar Covid-19 Ala Mendag Lutfi, Jangan Lupa Minum Temulawak dan Jahe
"Dengan kita berevolusi ke industri di masa yang akan datang, nanti ketergantungan kita dengan ekonomi China itu juga akan lebih independen. Sekarang itu meski defisit kita tinggi karena membeli barang industri dari sana dan yang kita jual masih barang mentah," katanya.
Baca juga: Negara-negara Ini Berpotensi Ganggu Kinerja Ekspor Indonesia di Masa Pandemi
Lalu dengan tingginya minat investasi, apalagi kalau melihat dua produk nasional yakni besi dan baja serta otomotif dan sparepart.
"Itu semua asal muasalnya adalah investasi. Kalau mobil itu adalah investasi Jepang," pungkas Lutfi.