Indef: Rasio Utang Indonesia Tak Bisa Dibandingkan dengan Negara Maju
Utang Indonesia diketahui sebesar Rp 6.074,56 triliun hingga Desember 2020 dan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menegaskan rasio utang pemerintah terhadap PDB tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara maju seperti AS, Prancis, Jerman, Singapura, dan sebagainya.
Utang Indonesia diketahui sebesar Rp 6.074,56 triliun hingga Desember 2020 dan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 38,68 persen.
Menurutnya, angka ini sudah hampir lampu merah apabila dilihat dari kemampuan bayar utang atau debt service ratio (DSR).
Baca juga: HARTA Kekayaan sang Kabareskrim Baru Komjen Agus Andrianto, Total Rp 2,7 Miliar, Tak Ada Utang
“Kriteria utang terhadap PDB juga perlu diperdalam dengan indikator DSR, di mana DSR tier I Indonesia terus naik melebihi 25 persen. Padahal, negara seperti Filipina cuma 9.7 persen, Thailand 8 persen dan Meksiko 12.3 persen,” kata Bhima, Kamis (18/2/2021).
"Posisi Indonesia turun kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah. Indonesia cocoknya dibandingkan dengan sesama negara berkembang," tukas Bhima.
Bhima menilai, dari porsi utang pemerintah lebih besar dialokasikan untuk belanja pegawai dan belanja barang. Hal itu menurutnya akan menurunkan produktivitas.
"Kalau beban utang terus meningkat, sementara belanja di sektor produktifnya kalah dengan belanja birokrasi seperti belanja pegawai dan belanja barang maka kasian pemerintahan ke depan karena harus cari penerimaan lebih besar dan terbitkan utang baru,” kata Bhima.
Baca juga: DPR Ingatkan Pemerintah Lebih Produktif Belanjakan Utang yang Makin Besar Untuk Mendorong PDB
Utang yang bertambah namun produktivitas turun namanya kasih beban ke generasi masa depan, generasi milenial dan generasi Z," urainya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai bahwa rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,68 persen dan total utang yang mencapai Rp 6.074,56 triliun hingga Desember 2020 menunjukkan Indonesia masih relatif cukup hati-hati.
"Kita perkirakan (utang Indonesia) akan mendekati 40 persen dari PDB namun sekali lagi Indonesia masih relatif dalam posisi yang cukup hati-hati atau prudent," ujar Sri Mulyani sebagaimana dikutip Antara, Selasa (16/2/2021).
Ia juga membandingkan rasio utang pemerintah di negara-negara lain terhadap PDB yang masih lebih besar daripada Indonesia.
Baca juga: Tuntas Lunasi Obligasi Rp 1,15 Triliun, Waskita Fokus Capai Target Kinerja
Mulai dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Prancis, Jerman, China, dan India. Tak lupa juga dengan negara-negara di ASEAN Thailand, Filipina, Malaysia, dan Singapura.
Kemudian, menurutnya pemerintah mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kebijakan, sehingga kontraksi ekonominya cukup moderat.
Kemudian, defisit APBN 2020 6,09 persen jauh lebih kecil dibandingkan negara lain yang di atas 10 persen seperti AS yang mendekati 15 persen, dan Prancis 10,8 persen.
"Ini artinya apa? Negara-negara ini hanya dalam satu tahun utang negaranya melonjak lebih dari 10 persen, sementara Indonesia tetap bisa terjaga di kisaran 6 persen,” tandas Sri Mulyani.