Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tekan Jumlah Kecelakaan Kerja, Industri Manufaktur Indonesia Didorong Gunakan Robot

Jumlah kecelakaan kerja naik sebesar 55,2% dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 114.000 kasus di tahun 2019 menjadi 177.000 kasus di tahun 2020

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Tekan Jumlah Kecelakaan Kerja, Industri Manufaktur Indonesia Didorong Gunakan Robot
ist
Penggunaan robot untuk menekan angka kecelakaan kerja 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan manufaktur lokal segera mempercepat pengadopsian otomatisasi robot dan meningkatkan produktivitas, sekaligus mengurangi tingkat kecelakaan kerja di tempat kerja.

Di Indonesia, dalam 2 tahun terakhir,  dilaporkan telah terjadi kenaikan kecelakaan kerja yang sangat signifikan, naik sebesar 55.2% dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 114.000 kasus di tahun 2019 menjadi 177.000 kasus di tahun 2020. 

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (BPJS Kesehatan) atau yang sebelumnya dikenal sebagai PT  Jamsostek mencatat, kurang lebih setiap harinya sebanyak 12 pekerja di Indonesia mengalami cacat permanen.

Kemudian tujuh  pekerja meninggal dunia akibat dari kecelakaan di tempat kerja dengan kecelakaan kerja terbesar disumbang oleh sektor manufaktur dan konstruksi sebesar 63,6%;  sektor transportasi 9,3%; sektor kehutanan 3,8%, pertambangan 2.6% dan sisanya sebesar 20,7%.

Dengan melihat tingginya tingkat kecelakaan kerja tersebut, maka diperlukan upaya maksimal untuk mencegah agar kecelakaan kerja tidak terjadi kembali.

Saat ini, sebagian besar perusahaan manufaktur lokal masih menghadapi persoalan kurangnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, yang membuat produktivitas dan pertumbuhan secara keseluruhan menjadi terhambat. 

Baca juga: Cerita Kakek Tunarungu Simpan 9 Karung Uang dari Hasil Kerja Cuci Piring, 1 Karung Berisi Rp 81 Juta

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia pada tahun 2020, 57,5% dari total 126,51 juta penduduk yang bekerja di Indonesia, memiliki tingkat pendidikan yang rendah. 

Berita Rekomendasi

Kondisi ini mempengaruhi rendahnya kesadaran pekerja akan pentingnya budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). 

Pada saat yang sama, pemberi kerja juga berisiko harus menanggung biaya yang besar apabila kecelakaan kerja di tempat kerja terjadi.

“Teknologi Cobots diciptakan untuk membantu melaksanakan tugas-tugas yang mungkin berbahaya atau rawan cedera bagi manusia.

Dengan fitur keselamatan yang terpasang, sebuah robot tangan (robot arm) dapat menyesuaikan/memperlambat kerjanya pada saat seseorang memasuki ruang kerja.

"Cobot juga dapat melindungi seseorang dari resiko cedera karena  mengerjakan tugas yang terus berulang dan berbahaya di sektor manufaktur,” kata James McKew, Regional Director of Asia Pacific di Universal Robots dalam keterangannya, Rabu (24/2/2021).

Sistem keselamatan Universal Robots memungkinkan perusahaan menyesuaikan berbagai macam parameter untuk meminimalisir risiko yang terjadi dengan penerapan aplikasi robot industri.

Hal ini termasuk membatasi gaya, kecepatan, kekuatan atau momentum robot, atau bahkan membatasi ruang kerja dengan menggunakan sebuah batas keamanan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas