Pedagang Beras: Petani Bisa Rugi Jika Pemerintah Mengimpor Saat Stok Melimpah
Rencana pemerintah mengimpor beras 1 juta ton sampai 1,5 juta ton beras dengan alasan menjaga stok juga ditentang oleh pedagang beras.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana pemerintah mengimpor beras 1 juta ton sampai 1,5 juta ton beras dengan alasan menjaga stok juga ditentang oleh pedagang beras.
Wakil Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Billy Haryanto mengatakan, bila impor terealisasi maka petani dan pedagang bakal terdampak.
"Kalau impor terjadi, harga gabah bakal anjlok. Dampaknya petani yang rugi, bisa mati," kata Billy, Senin (9/3/2021).
Menurut Billy, langkah impor beras pada saat ini tidak tepat, karena stok sedang melimpah.
Apalagi, kata Billy, harga beras di pasaran pada kisaran Rp 7.500 sampai Rp 9.500 per kilogram, jauh di bawah harga eceran tertinggi sebesar Rp 12.500.
Baca juga: Andi Akmal Pasluddin Tolak Rencana Pemerintah Impor Beras 1 Juta Ton di 2021
Billy menilai pemerintah tidak peka karena mengumumkan rencana impor saat panen raya di Sragen, Jawa Tengah.
Baca juga: INDEF dan KTNA Tolak Impor Beras Untuk Kedaulatan Pangan Nasional
"Kalau seperti ini harga gabah bisa jatuh. Pemerintan tidak sopan sama petani," ujar dia.
Rencana pemerintah membuka keran impor beras diusulkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.
Menurut dia, stok beras perlu dijaga untuk pasokan bansos selama kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).