Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Stimulus AS Rp 26.600 Triliun Siap Bawa Pasar Keuangan di Jalur Positif

Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, paket stimulus 1,9 triliun dolar AS juga menyediakan 400 miliar dolar AS untuk 1.400 dolar

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Stimulus AS Rp 26.600 Triliun Siap Bawa Pasar Keuangan di Jalur Positif
SAUL LOEB / AFP
Presiden AS Joe Biden berbicara tentang pengesahan Rencana Penyelamatan Amerika di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, DC, pada 6 Maret 2021. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sudah menandatangai UU Stimulus Fiskal 1,9 triliun dolar AS atau setara dengan Rp 26.600 triliun (kurs Rp 14.000) menjadi Undang-Undang.

Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, paket stimulus 1,9 triliun dolar AS juga menyediakan 400 miliar dolar AS untuk 1.400 dolar AS pembayaran langsung kepada sebagian besar orang AS.

Baca juga: Klaim Token Listrik Gratis Maret 2021: Akses stimulus.pln.co.id atau PLN Mobile, Cek Batas Konsumsi

"Sementara, 350 miliar dolar AS berbentuk bantuan kepada pemerintah negara bagian dan lokal, perluasan kredit pajak anak, dan sekitar 20 juta dolar AS untuk peningkatan pendanaan untuk distribusi vaksin Covid-19," ujarnya, Minggu (14/3/2021).

Menurut Hans, paket ini menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan di awal pekan tetapi stimulus juga berpotensi mendorong yield obligasi permerintah AS bergerak naik.

Sementara, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menjelaskan, paket bantuan virus Covid-19 senilai 1,9 triliun dolar AS yang ditandatangani Presiden Joe Biden akan menyediakan sumber daya yang cukup guna mendorong pemulihan ekonomi AS yang kuat.

Baca juga: Ada Token Listrik Gratis PLN, Berikut Ini Cara-cara Klaimnya, Bisa Lewat Website stimulus.pln.co.id

Dia menambahkan, ekonomi AS diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5 persen dari perkiraan sebelumnya 4 persen.

Berita Rekomendasi

"Pemulihan ekonomi yang cepat berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi dan pada akhirnya menaikan suku bunga," pungkas Hans.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas