Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indef: Dominasi China Terhadap Ekonomi Indonesia Cukup Tinggi, Harus Diversifikasi 

Ekonom Indef Dradjad Hari Wibowo mengatakan porsi ekspor Indonesia paling besar ke China yakni 19,31 persen dengan nilai 29 miliar dolar AS

Penulis: Yanuar Riezqi Yovanda
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Indef: Dominasi China Terhadap Ekonomi Indonesia Cukup Tinggi, Harus Diversifikasi 
ISTIMEWA
ILUSTRASI-- Pelabuhan peti kemas Bitung 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan, dominasi China terhadap ekonomi Indonesia cukup tinggi, sehingga harus ada diversifikasi negara tujuan ekspor. 

Ekonom Indef Dradjad Hari Wibowo mengatakan porsi ekspor Indonesia paling besar ke China yakni 19,31 persen dengan nilai 29 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di 2020. 

Kendati demikian, Indonesia mengalami defisit perdagangan cukup besar dengan China sekira 10 miliar dolar AS karena impor dari Negeri Tirai Bambu menembus angka 39 miliar dolar AS atau porsinya hampir 31 persen. 

"Dominasi peranan China terhadap Indonesia cukup tinggi, sehingga kita harus melakukan diversifikasi," ujarnya secara virtual dalam acara "Dialog Gerakan Ekspor Nasional: Target Ekspor Negara Sahabat" yang digelar Tribun Network, Selasa (6/4/2021). 

Baca juga: Menteri Trenggono Lepas Ekspor Tujuh Kilogram Biji Mutiara Asal Lombok ke Tiongkok

Di sisi lain, dia mengapresiasi langkah tiga pejabat negara yakni Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang sudah berkunjung ke China terkait komitmen perdagangan. 

"Saya baru cek bahwa Lutfi, Retno, dan Erick Thohir pulang dari China membawa komitmen perdagangan bersama mereka. Kita menyambut baik apa yang Mas Lutfi dan kawan-kawan lakukan, saya tahu mereka mewujudkan apa yang menjadi tugasnya," katanya. 

BERITA TERKAIT

Kendati demikian, Dradjad menambahkan, ada tantangan dalam melakukan diversifikasi ekspor selain ke China yakni isu-isu non ekonomi. 

"Tapi, ada 1 hal yang tampaknya lemah kita tangani di dalam diplomasi atau strategi perdagangan kita ke pasar global yakni isu terkait keberlanjutan dan hak asasi manusia," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas