Warga Trenggalek Sukses Ternakkan Cacing Beromset Jutaan Rupiah
Dalam sebulan, Maryanto bisa panen hingga hampir 100 kilogram. Harga jualnya Rp 45 ribu per kilogram.
Editor: Choirul Arifin
![Warga Trenggalek Sukses Ternakkan Cacing Beromset Jutaan Rupiah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/budidaya-cacing-di-trenggalek.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, TRENGGALEK – Cacing dianggap binatang yang menggelikan sekaligus menjijikkan bagi sebagian orang. Tapi bagi Maryanto, warga Desa Ngares, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, cacing adalah sumber cuan.
Bertahun-tahun menekuni budidaya cacing jenis African Night Crawler (ANC), pria 35 tahun itu sukses meraih pendapatan bersih sekitar Rp 4 juta per bulan, atau lebih dari 2 kali Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Trenggalek.
Keseharian Maryanto tak bisa jauh dari kandang peternakan cacing ANC yang berada sekitar 500 meter dari rumahnya.
Cacing ANC merupakan cacing yang berasal dari dataran hangat Benua Afrika. Ukuran cacing ini dua kali lebih besar ketimbang cacing tanah.
Baca juga: Budidaya Hidroponik Dinilai Dapat Berikan Keuntungan
Kini, cacing yang punya banyak fungsi itu jamak dibudidayakan di Indonesia.
“Ini tahun kesebelas saya budidaya cacing,” kata Maryanto, sembari memanen cacing-cacing yang ia budidayakan, Jumat (9/4/2021).
Dalam perjalanannya, bapak dua anak itu jatuh bangun dalam memulai usaha. Dari keluarga yang biasa-biasa saja, ia nekat menggelontorkan uang tabungan Rp 10 juta untuk modal budidaya.
Baca juga: Mengenal Porang: Manfaat hingga Cara Budidaya Tanaman, Punya Nilai Jual Tinggi
Sayangnya, ilmu pembudidayaan yang ia miliki saat itu masih minim.
Alhasil modal awal ludes, tak ada hasil. Itu terjadi ketika awal ia memulai budidaya cacing sekitar tahun 2010.
Dari pengalaman itu, ia kembali memulai usaha dengan lebih hati-hati.
Sebelum memulai usahanya, Maryanto terlebih dulu belajar ke para peternak cacing ANC yang sebelumnya telah sukses.
Baca juga: KKP Gali Potensi Budidaya Laut untuk Perbanyak Lapangan Kerja Baru
“Saya sampai ke Banyuwangi, Malang, bahkan ke Jawa Tengah. Saat itu mencari referensi dari internet masih cukup susah,” sambungnya.
Dengan modal ilmu yang cukup, ia kembali lagi berbudidaya cacing. Kali ini lebih berhati-hati. Ia belajar bukan hanya soal cara mengembangbiakkan cacing, tapi juga cara menciptakan pasar.
“Alhamdulillah mulai 2016, sudah survive sampai sekarang ini,” sambungnya.
Untuk membudidayakan cacing ANC, Maryanto menggunakan media yang ia ciptakan sendiri dari hasil pengalamannya bertemu para peternak ulung.
Sementara untuk pasar, ia kini menjadi salah satu rujukan para peternak burung, ikan dan petambak udang vaname.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.