Setelah 35 Ribu MW Selesai, PLN Hanya Bangun Pembangkit EBT
PLN juga menargetkan implementasi cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting milik perseroan mencapai 10,6 gigawatt hours
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PLN (Persero) ke depan tidak lagi membangun pembangkit listrik berbahan baku batu bara, setelah Program 35 ribu Megawatt (MW) selesai pada 2023.
"Kami dorong zero emisi, setelah 35 ribu MW selesai dan hanya pembangkit energi baru terbarukan (EBT) ke depan," kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, Jumat (7/5/2021).
Menurutnnya, kebutuhan listrik sampai 2050 diperkirakan mencapai 1.100 Tera Watt hour (TWh), sedangkan kapasitas listrik di dalam negeri saat ini sebesar 300 TWh.
Baca juga: Pasokan Listrik Jelang Lebaran Aman, Daya Mampu Pasok Nasional 42.921,12 MW
Baca juga: Korlantas Polri Terima Hibah 10 Motor Listrik dari Ikatan Motor Indonesia
Dengan kondisi tersebut, terdapat kekurangan 800 TWh untuk memenuhi kebutuhan.
"Kita butuh 800 TWh listrik, komitmen PLN akan dipenuhi dengan EBT," ucap Zulkifli.
Zulkifli menyebut, PLN juga menargetkan implementasi cofiring pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting milik perseroan mencapai 10,6 gigawatt hours (GWh) pada 2025 yang tersebar di 52 pembangkit.
"Program cofiring akan dilaksanakan pada daerah yang telah surplus energi," kata Zulkifli.
PLN telah mulai program cofiring sejak 20218, di mana telah mengoperasikan delapan PLTU berbahan bakar biomassa, dan 29 di antaranya dalam proses uji coba.
"Kami targetkan 2025 sebanyak 52 lokasi PLTU akan mengimplementasikan program cofiring dengan kebutuhan biomassa 9 juta per tahun," paparnya.