Surplus Neraca Perdagangan April 2021 Diramal Menyusut
penurunan surplus neraca perdagangan dipengaruhi laju bulanan ekspor yang melambat, atau lebih dalam dibandingkan laju bulanan impor.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2021 diperkirakan menyusut dibanding pencapaian bulan sebelumnya menjadi 1,17 miliar dolar AS.
"Neraca perdagangan April diperkirakan tercatat surplus 1,17 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya yang tercatat surplus 1,57 miliar dolar AS," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi, Senin (17/5/2021).
Menurutnya, penurunan surplus neraca perdagangan dipengaruhi laju bulanan ekspor yang melambat, atau lebih dalam dibandingkan laju bulanan impor.
"Kinerja ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 43,5 persen (yoy) atau minus 4,9 persen (mom), di mana kinerja ekspor ditopang peningkatan harga komoditas ekspor seperti CPO 4,24 persen (mom), biji besi tumbuh 6,93 persen (mom), meskipun harga komoditas ekspor lainnya seperti batubara dan karet alam masing-masing tercatat minus 2,84 persen (mom) dan minus 5,8 (mom)," paparnya.
Selain itu, kata Josua, aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Uni Eropa, AS, Tiongkok, Jepang dan India menunjukkan tren peningkatan pada April 2021, yang terindikasi dari indeks PMI manufaktur dari negara-negara tersebut dan secara global.
Baca juga: KSP: Surplus Neraca Dagang 1,57 Miliar Dolar AS, Momentum Keluar dari Krisis
Dari sisi impor, laju impor diperkirakan berkirsar 29,87 persen (yoy) atau minus 3,0 persen (mom).
"Kinerja impor didorong oleh impor bahan baku, sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur domestik mengingat indeks PMI manufaktur bulan April mencatatkan rekor dengan level tertinggi di level 54,6," tutur Josua.
Lebih lanjut Josua mengatakan, aktivitas impor juga didorong impor barang konsumsi mempertimbangkan aktivitas konsumsi domestik, seiring tren yang meningkat pada bulan Ramadhan.
Hal ini terindikasi dari indeks kepercayaan konsumen, dan ekspektasi peningkatan penjualan ritel pada April 2021.
"Sehingga, volume impor pun diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas konsumsi domestik,dan produktivitas dari sisi produksi," ucap Josua.