Tiga Cara Menteri Teten Tingkatkan Kontribusi Ekspor UMKM
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, ada tiga cara untuk meningkatkan kontribusi ekspor UMKM.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, ada tiga cara untuk meningkatkan kontribusi ekspor UMKM.
Pertama, menurutnya penguatan database, pemetaan potensi produk maupun pasar melalui Basis Data Tunggal UMKM, preferensi pasar di negara tujuan, jaringan distribusi gudang di luar negeri, affirmative-action penurunan tarif di negara tujuan hingga memperluas kerja sama dagang luar negeri.
"Butuh peran aktif Kemenlu, KBI/KJRI, Atase Perdagangan dan ITPC, BKPM, dan beberapa inkubasi ekspor swasta yang sudah kuat," kata Teten kepada wartawa, Rabu (16/6/2021).
Baca juga: Penguatan Ekspor Impor Melanjutkan Tren Pemulihan Ekonomi
Selanjutnua, peningkatan kualitas SDM dan produk melalui program pendidikan dan pelatihan, sekolah ekspor (target 500 ribu eksportir), standardisasi dan sertifikasi, dan factory sharing.
“Kami telah membuka pendaftaran bagi UKM yang memenuhi syarat untuk sertifikasi ISO, HACCP, SNI, Organik, FSSC/BRC, dan SVLK,” ujar MenkopUKM.
Baca juga: Cara Akses Eform.bri.co.id/bpum atau Banpresbpum.id, untuk Cek Status Bantuan UMKM Rp 1,2 Juta
KemenKopUKM bersama Bappenas, kata Teten, juga akan melakukan pilot project factory sharing di lima provinsi dengan rencana awal FS untuk komoditas rotan (Jateng), FS untuk komoditas kelapa (Sulut), FS untuk komoditas sapi (NTT), FS untuk komoditas nilam (Aceh), dan FS untuk komoditas biofarmaka (Kaltim).
“Ketiga, kemudahan pembiayaan. Skema pembiayaan UKM untuk ekspor terus dipermudah di antaranya melalui kerja sama dengan beberapa sumber pembiayaan ekspor seperti LPEI/KURBE, LPDB-KUMKM, perbankan/himbara, dan skema alternatif lainnya seperti crowd funding, modal ventura, dan CSR,” tuturnya.
Baca juga: Pengusaha Kelapa Sawit: Harga CPO Bertahan Tinggi, Ekspor Turun 18 persen
Teten menambahkan bahwa plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR) saat ini dapat dimanfaatkan dari sebelumnya maksimum Rp 500 juta naik menjadi Rp 20 miliar, lalu KUR tanpa agunan naik dari Rp 50 juta menjadi Rp 100 juta.
Kontribusi ekspor UMKM kekinian masih tergolong rendah, yaitu 14 persen, jauh tertinggal daei beberapa negara lainnya seperti Singapura 41 persen, Thailand 29 persen, atau Tiongkok yang mencapai 60 persen.
"Pada tahun 2024, Pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM akan meningkat menjadi 21,6 persen," ujarnya.