Anggota Komisi VII DPR RI: Pemerintah Tidak Konsisten, Impor Migas Makin Meroket
Mulyanto melihat pemerintah terkesan melepas kendali impor migas. Akibatnya defisit transaksi berjalan dari sektor migas kembali melebar.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto menuding pemerintah tidak konsisten untuk menurunkan impor migas. Akibatnya nilai defisit transaksi berjalan dari sektor ini terus membengkak.
"Pengelolaan impor migas nasional terlihat makin tidak terkendali. Apa Pemerintah kalah menghadapi tekanan para mafia impor migas? Pemerintah harus mengklarifikasi soal ini," kata Mulyanto, kepada wartawan, Jumat (18/6/2021).
Dari data yang ada, Mulyanto tidak melihat upaya Pemerintah mereduksi nilai impor migas ini di tahun 2021.
Padahal kebijakan tersebut diharapkan secara langsung dapat menurunkan defisit transaksi berjalan dari sektor migas, khususnya BBM dan gas LPG.
Mulyanto justru melihat pemerintah terkesan melepas kendali impor migas. Akibatnya defisit transaksi berjalan dari sektor migas kembali melebar.
Karena itu, Mulyanto meminta pemerintah bersungguh-sungguh dan konsisten dalam menangani masalah ini.
"Sebab di tengah ruang fiskal kita yang terbatas, defisit transaksi berjalan ini harus ditekan seminimal mungkin, agar uang kita tidak lari keluar. Harus diakui kondisi keuangan negara saat ini sedang sulit," jelas Mulyanto.
"Bahkan untuk membiayai berbagai program penanggulangan pandemi Covid-19 saja tidak memadai dan harus berutang. Jadi sepantasnya, impor migas yang dapat menguras devisa negara ini dibatasi dan disubstitusi dari sumber domestik," imbuh Wakil Ketua FPKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini.
Data mutakhir BPS menunjukkan bahwa pada Mei 2021 terjadi lonjakan impor migas sebesar USD 2.06 miliar atau naik 212 persen dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (y-on-y).
Defisit transaksi berjalan untuk sektor migas di bulan Mei 2021 sebesar USD 1.12 miliar atau bila dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2020 (y-on-y) meningkat sebesar 1020 persen.
"Ini angka yang fantastis. Meroket lebih dari sepuluh kali lipat," tegas Mulyanto.
Baca juga: Catatkan Kinerja Positif, Produksi Migas PHE Pada Tahun 2020 Lampaui Target
Rata-rata bulanan defisit transaksi berjalan sektor migas di tahun 2021 sebesar USD 0.933 miliar.
Dengan demikian, diprediksi total defisit transaksi berjalan sektor migas untuk tahun 2021 angkanya meningkat menjadi sebesar USD 11 miliar.
Padahal sebelumnya pada tahun 2019 hanya sebesar USD 10 miliar dan bahkan hanya sebesar USD 6 miliar pada tahun 2020.
"Artinya kembali terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2021. Angkanya diprediksi mencapai sebesar 86 persen dibandingkan tahun 2020. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya defisit transaksi berjalan sektor migas ini sudah cenderung menurun," kata dia.
"Defisit transaksi berjalan sektor migas pada tahun 2019 hanya sebesar USD 10 miliar, mengalami penurunan sebesar 20 persen dari tahun sebelumnya yang USD 12.7 miliar. Dan bahkan pada tahun 2020, defisit transaksi berjalan sektor migas ini hanya sebesar USD 6 milyar, mengalami penurunan tajam sebesar 41 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai sebesar USD 10 milyar," imbuhnya.
Oleh karena itu, Mulyanto sekali lagi mendesak pemerintah untuk waspada dengan impor dan neraca perdagangan sektor migas di semester kedua tahun 2021 ini, karena khawatir terjadi lonjakan kembali.