Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

GeNose C19 Dinilai Memiliki Akurasi Rendah, KAI: Silakan Ditanyakan ke Satgas Covid-19

Alat skrining Covid-19 yaitu GeNose C19, dinilai Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memiliki akurasi rendah dalam mendeteksi virus.

Penulis: Hari Darmawan
Editor: Sanusi
zoom-in GeNose C19 Dinilai Memiliki Akurasi Rendah, KAI: Silakan Ditanyakan ke Satgas Covid-19
Surya/Ahmad Zaimul Haq
PT Angkasa Pura I (Persero) melakukan simulasi penggunaan alat deteksi Covid-19, GeNose C19 di Bandara Internasional Juanda, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (25/3/2021). Uji coba kepada 150 orang karyawan Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandara Juanda dan komunitas bandara di lobby Gedung Terminal Baru, di sisi timur Terminal 1 itu sebagai persiapan penggunaan GeNose C19 yang rencananya akan mulai diterapkan pada 1 April mendatang. Surya/Ahmad Zaimul Haq 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Alat skrining Covid-19 yaitu GeNose C19, dinilai Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) memiliki akurasi rendah dalam mendeteksi virus.

YLKI pun mengusulkan pemeriksaan GeNose C19 sebagai syarat untuk melakukan perjalanan diganti dengan metode rapid test antigen.

Terkait hal tersebut, PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang menggunakan alat skrining Covid-19 ini tidak dapat memberikan komentar mengenai hal tersebut.

Baca juga: YLKI Minta Penggunaan GeNose Distop, Ada Apa?  

VP Public Relations PT KAI Joni Martinus mengatakan, pihaknya tidak dapat memberikan tanggapan karena bukan ranah perusahaan mengenai masalah itu.

"Hal tersebut sebaiknya ditanyakan ke Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19," kata Joni saat dihubungi Tribunnews, Kamis (24/6/2021).

Baca juga: Layanan GeNose C19 untuk Penumpang Pesawat Kini Hadir di 18 Bandara Angkasa Pura II

GeNose C19 sendiri di Indonesia telah digunakan pada setiap moda transportasi, mulai dari darat, udara, laut dan juga perkeretaapian.

Berita Rekomendasi

Alat skrining yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjadi alternatif para pelaku perjalanan untuk melakukan tes kesehatan sebelum bepergian dengan transportasi umum.

Baca juga: Menko Muhadjir Coba Pemeriksaan GeNose C19 di Stasiun Gambir Jelang Keberangkatannya ke Purwokerto

Harga yang ditawarkan untuk satu kali tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 pun tergolong murah, mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu sesuai dengan transportasi yang digunakan.

Layanan GeNose C19 ini pun dapat digunakan oleh pelaku perjalanan di simpul transportasi, yaitu di pelabuhan, bandara, terminal dan stasiun kereta api.

Calon penumpang melakukan tes genose sebelum keberangkatan mudik di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang, Rabu (5/5/2021). Hasil.tes genose ini menjadi persyaratan wajib bagi para pemudik di hari terakhir sebelum.di berlakukannya pelarangan mudik. (WARTAKOTA/Nur Ichsan) *** Local Caption ***
Calon penumpang melakukan tes genose sebelum keberangkatan mudik di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang, Rabu (5/5/2021). Hasil.tes genose ini menjadi persyaratan wajib bagi para pemudik di hari terakhir sebelum.di berlakukannya pelarangan mudik. (WARTAKOTA/Nur Ichsan) *** Local Caption *** (WARTAKOTA/Nur Ichsan)

Meski begitu, YLKI mengkhawatirkan bahwa akurasi hasil tes GeNose yang rendah karena bisa menghasilkan hasil negatif yang palsu.

Ketua YLKI Tulus Abadi menegaskan, faktor harga seharusnya bukan pertimbangan utama. Sebab, hal ini terkait dengan keselamatan dan keamanan seseorang. Oleh karena itu, Tulus mengusulkan tes Covid-19 menggunakan antigen.

Ditolak

Tulus Abadi sebelumnya meminta penggunaan GeNose disudahi.

Menurutnya, GeNose memiliki tingkat akurasi yang rendah sehingga berpotensi menimbulkan false negatif.

"GeNose untuk syarat perjalanan atau syarat lainnya, sebaiknya distop saja. Banyak kasus akurasinya mengindikasikan rendah dan dikhawatirkan menghasilkan negatif palsu," kata Tulus dikonfirmasi Tribunnews.com, Selasa (22/6/2021).

Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi. (Tribunnews.com/Chaerul Imam)

YLKI menilai faktor harga semestinya bukan menjadi pertimbangan utama alat buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) digunakan menggantikan alat lainnya yang lebih secara akurasi lebih teruji.

"Untuk apa harga murah jika mengancam keamanan dan keselamatan diri dan orang lain?

Sebaiknya pilihan antigen (minimal) demi keamanan dan keselamatan bersama," tutur Tulus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas