Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dirjen Pendidikan Vokasi Tawarkan Konsep Link and Match kepada Industri

Kurikulum akan di refom agar lebih berat pada pembentukan karakter dan soft skill daripada hardskill.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Dirjen Pendidikan Vokasi Tawarkan Konsep Link and Match kepada Industri
Tribunnews.com/ Larasati Dyah Utami
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sinergi antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas serta kualitas SDM yang dihasilkan. Saat ini, koneksi antara keduanya belum begitu optimal.

Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah penguatan konsep link and match kepada pelaku industri.

Pernyataan tersebut diungkapkan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), Wikan Sakarinto dalam sebuah Webinar Series bertajuk Sinergi Ekosistem Riset Terapan sebagai Jembatan Vokasi dan Industri, Jumat (16/7/2021).

Dia menjelaskan bahwa konsep link and match ini terdiri dari 8 standar. Pertama, kurikulum disusun bersama.

Wikan mengaku, kurikulum akan di refom agar lebih berat pada pembentukan karakter dan soft skill daripada hardskill.

"Hardskill dan produktif iya, tetapi kita dikeluhkan karena lulusan kita kurang komunikasi, kurang mampu menghadapi tekanan dunia kerja, kita akan fokuskan kalau kita menyusun kurikulum bersama dengan industri itu soft skill karakternya kuat, hardskill akan otomatis kuat," jelas dia melalui keterangan resminya di Jakarta. 

Selanjutnya pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja (PBL). Tujuannya adalah untuk memastikan hard skill akan disertai soft skill dan karakter yang kuat.

Baca juga: Kemendikbudristek Minta Guru Pahami Kebutuhan Siswa Selama MPLS

Berita Rekomendasi

Ketiga, jumlah dan peran guru, dosen, instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja, ditingkatkan secara signifikan sampai minimal mencapai 50 jam per semester, per program studi.

"Jadi, dosen-dosen dari Kadin harus rutin kita hadirkan di kelas. Sejak semester satu, anak-anak kita sudah diekspos dengan kondisi nyata," tambah Wikan.

Poin keempat merupakan optimalisasi magang atau praktik kerja di industri atau dunia kerja. Menurutnya minimal dirancang 1 semester sejak awal. “Jangan sampai langsung lompat ke nomor empat, sedangkan poin 2 dan 3 belum kita lakukan," tutur Wikan.

Adapun yang kelima adalah sertifikasi kompetensi, yang sesuai standar dan kebutuhan dunia kerja (bagi lulusan dan dosen, guru/instruktur).

Kemudian dosen/guru/instruktur secara rutin mendapatkan update teknologi dan pelatihan dari dunia kerja.

"Aspek ketujuh cukup krusial yakni riset terapan mendukung Teaching Factory atau Teaching Industry," terang Wikan.

Dijelaskan Wikan, ketika bicara riset terapan, tidak bisa langsung lompat ke riset terapan. Ini bagian dari link and match.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas