Kembali ke Alam, Merengkuh Pasar Dunia: Kisah Plepah Indonesia di Festival Ide Bisnis by Xpora BNI
Elsana dan Rengkuh berbagi tentang kisah sukses dan kisah perjuangannya membangun bisnis di usia muda dalam Festival Ide Bisnis by Xpora BNI.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia adalah tanah yang kaya. Apapun sudah dimilikinya. Tidak perlu jauh mencari bahan baku. Cukup memandang kembali ke alam Nusantara, temukan keragaman hayatinya, lalu lakukan riset untuk menemukan apa yang dibutuhkan dunia. Niscaya, Indonesia dapat memenuhinya.
Ini bukan bualan semata. Dua anak muda ini bukti dan saksi hidupnya, Elsana Bekti Nugroho dan Rengkuh Banyu Mahandaru selaku Founder Plepah Indonesia (@plepah_id).
Keduanya sukses dan rendah hati. Buktinya, Elsana dan Rengkuh bersedia berbagi tentang kisah sukses dan kisah perjuangannya membangun bisnis di usia muda dalam Festival Ide Bisnis by Xpora BNI, akhir pekan lalu.
Elsana merupakan Pemilik Arane Indonesia, produsen fesyen dengan teknik ecoprinting atau teknik yang memanfaatkan daun, batang, bunga, dan akar untuk dijadikan hiasan bentuk organik lewat proses pengukusan bersama kainnya. " Arane membuktikan dan mewujudkan ecoprinting Indonesia pada tahun 2017. Ecoprinting mengusung (produk fesyen untuk) para pecinta gaya hidup sehat atau lifestyle," ujarnya
Elsana menuturkan, ecoprinting adalah masa depan, karena orang semakin memperhatikan kondisi kesehatannya. Teknik ecoprinting ini menjunjung tinggi gaya hidup sehat karena dianggap dapat menghindari kanker kulit yang bisa saja muncul dari paparan pewarna sintetis yang berlebih pada pakaian.
“Ini sesuai dengan yang ditetapkan WHO. Waktu isu sustainability mulai merangkak dan kita jadi pionir waktu itu," imbuhnya.
Fesyen yang dijual Arena sudah melalui proses riset yang lama, baik untuk menemukan bahan maupun cara yang tepat. Proses ecoprinting yang membutuhkan proses yang lama ini juga yang membuat fesyen Arane memiliki harga yang lumayan tinggi, yaitu sekitar Rp 500 ribu ke atas.
Meskipun memiliki harga yang tinggi, fesyen ini memiliki pasar tersendiri. Bahkan sebelum pandemi, Arane sudah rutin mengekspor 1.000 kainnya yang berbahan sutra, yang tentu harganya bisa lebih tinggi, ke India.
"Pas di (pameran) Inacraft tahun 2018 saya bertemu dengan Mas Bhin dari India yang nanya-nanya tentang produk Arane. Pas di akhir, Setelah proses pengujian, kita akhirnya ekspor 1.000 kain per bulan," imbuhnya.
Meraup Cuan dengan Pelepah
Kisah Rengkuh pun tidak kalah serunya. Rengkuh selaku Founder Plepah Indonesia (@plepah_id), membuktikan bisa sukses menghubungkan pelepah pinang dengan teknologi, desain, sosial dan lingkungan menjadi inovasi berbasis masyarakat.
Rengkuh berhasil merancang terperinci seluruh aspek bisnis pada pelepah pinang dengan pendekatan human centered dan dalam proses mikro manufaktur, untuk dijadikan wadah/kontainer makanan dan piring pengganti styrofoam.
“Mindsetnya bukan memperbesar kapasitas produksi, tapi memperbanyak titik produksi agar lebih banyak komunitas yang terdampak positif secara kemandirian ekonomi,” tuturnya.
Plepah Indonesia sendiri mengembangkan produk hasil hutan bukan kayu, membangkitkan inovasi pada sebuah produk seperti kontainer makanan agar bernilai ekonomis, meningkatkan ekonomi daerah dan ramah lingkungan.