Tiga Asosiasi Akuntan Dorong Lingkungan Kerja yang Beragam dan Inklusif
Perusahaan yang menjunjung tinggi keragaman atau dan inklusif dapat mengalami profitabilitas juga secara kinerja perusahaan
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberagaman dan inklusi menjadi isu yang cukup kencang di lingkungan kerja.
Dalam riset terbarunya berjudul Leading Inclusion, Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) menyatakan, 73 persen persen responden melihat profesi akuntan merupakan profesi yang inklusif.
Penelitian ini dilakukan pada lebih dari 10.049 responden yang berasal dari anggota ACCA beserta afiliasi pada Oktober 2020.
"Tapi dari riset ini juga jadi alarm peringatan karena masih ada 27% responden yang merasa ini bukan profesi inklusif. Untuk itu masih perlu banyak terobosan baru agar ada perubahan persepsi," kata Hani Karunia, Head of ACCA Indonesia, Rabu (4/8/2021).
Indah Budiani, Director of Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menambahkan ada dua cara untuk dapat menerapkan prinsip keberagaman dan inklusi dalam perusahaan.
Baca juga: Ini Perbedaan Standar Akuntansi Kripto dan Digital Rupiah
Pertama mengikuti instrumen Sustainable Development Goals (SDGs) Compass, yang akan memandu integrasi arah dan strategi bisnis dengan SDGs.
Kedua membuat stakeholder mapping yang bertujuan setiap orang merasa nyaman dalam keberagaman dan melihat keragaman sebagai tantangan dan bukan sebagai masalah.
"Saya percaya perusahaan yang menjunjung tinggi keragaman atau dan inklusif dapat mengalami profitabilitas juga secara kinerja perusahaan," kata Indah.
Henny Dewanto, Partner Shinewing menambahkan, kedua isu tersebut juga sangat relevan terutama saat melibatkan pekerja perempuan.
Di negara Asia termasuk juga Indonesia, selalu ada pertimbangan khusus bagi sejumlah perusahaan kala akan melibatkan karyawan perempuan.
"Saya perlu melewati beragam tantangan sebelum berada di posisi sekarang ini. Banyak yang meragukan kemampuan saya hanya karena saya seorang wanita. Tapi semua tantangan itu berhasil saya hadapi," kata Henny.
Dia menyatakan, perlu ada kepercayaan diri dan juga pemikiran yang positif agar merubah paradigma terhadap posisi pemimpin wanita.
Keberagaman dna inklusi pada akhirnya harus dilihat sebagai upaya mendorong perubahan yang lebih baik di dunia kerja.
Estelita C. Aguirre, Former President AFA menambahkan untuk menciptakan dan menumbuhkan rasa kepemilikan akan lingkungan kerja harus dimulai dari para pemimpin.
Untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, para pemimpin harus membangun hubungan dengan karyawan secara personal.
"Para pemimpin juga harus mengerti apa kebutuhan publik serta mereka harus memiliki IQ dan juga EQ yang mumpuni," kata Estelita.
Baca juga: Ahli Menyebut 3 Hal Ini sebagai Keuntungan dari Transaksi Non Tunai
Ia menambahkan setiap pemangku kepentingan baik dari lingkungan pemerintahan, swasta dan publik harus memastikan bahwa inklusi dan keberagaman menjadi suatu norma.
Inklusi dan keberagaman juga harus dilihat sebagai jalur untuk mendorong inovasi dan perubahan positif di dunia, bukan sebagai formalitas belaka.
Nunuy Nur Afiah, Council Member IAI menjelaskan mengadvokasi dan membangun budaya inklusi dan keberagaman perlu dilakukan oleh setiap pemangku kepentingan dengan beragam cara.
Keterlibatan dan kontribusi semua orang tercermin dalam mempromosikan, mengembangkan, dan melibatkan tim yang beragam, sambil memanfaatkan berbagai perspektif guna menciptakan hasil yang lebih baik di masa depan.
"Lingkungan pemerintahan, organisasi, para profesional bertanggung jawab untuk mempromosikan nilai inklusi dan keberagaman," jelas Nunu.
Baca juga: Terbuka Peluang Akuntan dari Indonesia Belajar dan Berkarir di Kanada
Untuk menggaungkan inklusi di lingkungan kerja, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bersama ASEAN Federation of Accountants (AFA) dan ACCA baru-baru ini menyelenggarakan webinar "Leading in Inclusion, Are You In or Out?".
Hani Karunia menjelaskan tema ini diangkat untuk menjawab tuntutan jaman dan desakan yang berkembang bahwa bisnis harus mencerminkan keragaman masyarakat yang tak ada habisnya, dan menghormati kebutuhan semua kepentingan.
"Isu inklusivitas adalah masalah penting karena dunia begitu kompleks, sangat beragam, dan bisnis yang tidak mencerminkan kenyataan itu akan gagal," kata Hani.