Raih Rp 21,9 T Dari IPO, Bukalapak Rencanakan untuk Ini
Direktur Utama Bukalapak, Rachmat Kaimuddin menyatakan proses Initial Public Offering (IPO) Bukalapak
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Utama Bukalapak, Rachmat Kaimuddin menyatakan proses Initial Public Offering (IPO) Bukalapak dapat berjalan dengan sesuai rencana.
Hari ini, Jumat (6/8), PT Bukalapak,com Tbk (BUKA) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan raihan dana penawaran umum saham perdana sebesar Rp 22 triliun.
“Walaupun IPO Bukalapak dilakukan di tengah berlangsungnya pandemi Covid-19, minat terhadap saham Bukalapak tetap tinggi," ujar Rachmat dalam keterangannya, Jumat (6/8).
Baca juga: Saham Bukalapak dengan Kode BUKA Naik 24,7% pada Hari Pertamanya Melantai di BEI
Menurut Rachmat, hal tersebut mencerminkan kepercayaan publik terhadap Bukalapak. Saat ini, lanjut dia, Bukalapak berfokus kepada pemberdayaan UMKM.
"Melalui IPO ini, kami di Bukalapak percaya bahwa kami dapat mendorong pertumbuhan UMKM ke tingkatan selanjutnya," katanya.
Sesuai dengan ketentuan dalam penawaran umum perdana saham, Bukalapak menawarkan 25.765.504.800 saham dengan harga penawaran sebesar Rp 850,- setiap sahamnya.
Baca juga: Puluhan Ribu Investor Ritel Booking Saham IPO Bukalapak melalui Aplikasi Ajaib
“Dana yang berhasil dihimpun dari IPO ini, sekitar Rp 21,9 triliun akan digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan anak-anak usahanya guna melakukan investasi di beragam produk dan layanan untuk meningkatkan kinerja, profitabilitas, serta keberlangsungan,” tutur Rachmat.
Diketahui, setelah resmi melantai, saham BUKA langsung melonjak dan mengalami Auto Reject Atas alias ARA. Dibuka pada harga Rp 850, saham emiten itu langsung naik ke angka 1.060 per saham atau 24,7 persen.
BUKA melepas 25,76 miliar lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Adapun jumlah seluruh nilai IPO saham itu mencapai Rp 21,9 triliun.