Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saham Bukalapak Melesat, Ekonom: Ada Euforia Berlebihan

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat ada euforia berlebihan dengan melejitnya saham Bukalapak.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
zoom-in Saham Bukalapak Melesat, Ekonom: Ada Euforia Berlebihan
Kontan
Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira melihat ada euforia berlebihan dengan melejitnya saham Bukalapak. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat ada euforia berlebihan dengan melejitnya saham Bukalapak.

Padahal saham perusahaan ini masuk ke dalam emiten berisiko tinggi bagi investor fundamental.

Baca juga: Dirut BEI: Kumpulkan Dana Rp 21,9 Triliun, IPO Bukalapak Terbesar dalam Sejarah

"Ada euforia yang berlebihan karena investor retail melihat Bukalapak salah satu unicorn yang valuasinya besar meskipun secara profit belum menghasilkan," ujar Bhima kepada Tribunnews, Jumat (6/8/2021).

Menurut Bhima, Investor tidak berharap pada dividen tapi pada kecepatan pertumbuhan harga saham.

Di sisi lain kelas menengah ke atas sedang mencari aset yang keuntungan jangka pendeknya tinggi di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di mana sektor usaha banyak yang terpukul.

Baca juga: Puluhan Ribu Investor Ritel Booking Saham IPO Bukalapak melalui Aplikasi Ajaib

"Jadi ini fenomena psikologis pasar yang tertarik ke aset dengan pertumbuhan tinggi, spekulatif disaat ekonomi tertekan," tuturnya.

Berita Rekomendasi

Bhima mencontohkan fenomena serupa pernah terjadi pada 1998 ketika krisis Asia.

Saat itu, ucap Bhima, startup yang melantai di bursa saham dan akhirnya meledak menjadi dotcom bubble (gelembung internet).

Baca juga: Ini Kata Bukalapak Terkait Banyaknya Penjualan Vitamin dan Obat-obatan Palsu di Pasar Online

"Masalah investasi di saham yang spekulatif adalah myopic syndrome yakni investor hanya melihat sentimen jangka pendek, mau cepat cari untung tapi tidak melakukan analisis lebih mendalam," ucap Bhima.

Padahal, menurut Bhima, seharusnya investor retail melihat historis, sehingga euforia nya tidak berlebihan, tetap melihat prospek, kinerja dan tren jangka panjang.

Sebelumnya, Saham PT Bukalapak.com Tbk langsung melesat setelah resmi melantai di pasar modal pada hari ini, Jumat (6/8/2021).

Harga saham emiten dengan kode BUKA itu langsung naik 24,71 persen menjadi Rp 1.60 per saham, sehingga terkena batas auto rejection atas (ARA).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas