Bauran Energi Terbarukan di Ketenagalistrikan Masih 11,2 Persen, Jauh di Bawah Target
Saat ini, bauran EBT baru mencapai 11,2 persen, atau masih berada di bawah target bauran energi tahun 2025 sebesar 23 persen.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berusaha menaikkan porsi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada bauran energi, khususnya pada sektor ketenagalistrikan.
Saat ini, bauran EBT baru mencapai 11,2 persen, atau masih berada di bawah target bauran energi tahun 2025 sebesar 23 persen.
Salah satu tujuan peningkatan bauran EBT untuk mengatasi isu terkait akses energi, smart and clean technology, dan pembiayaan di sektor energi sebagai langkah-langkah mendukung pencapaian target Paris Agreement.
Yakni penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada 2030 sebesar 29 persen dengan kemampuan sendiri, dan 41 persen dengan Bantuan Internasional.
Baca juga: RI Bisa 100 Persen Terapkan Energi Terbarukan di 2050 Jika PLTU Distop Lebih Dini
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, aksi mitigasi berperan paling besar dalam upaya penurunan GRK di sektor energi adalah pengembangan EBT.
Sebagai informasi, potensi EBT yang mencapai lebih dari 400 Gigawatt (GW) baru dimanfaatkan sebesar 10 GW atau 2,5 persen dari total cadangan.
"Saat ini Kementerian ESDM telah menyusun Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) yang diharapkan mampu membuahkan solusi untuk tantangan ketahanan dan kemandirian energi nasional,” ucap Arifin Tasrif, Selasa (10/8/2021).
“Dan GSEN menjadi jawaban tantangan yang saat ini dihadapi, antara lain keterbatasan pengembangan EBT dan tuntutan pembangunan infrastruktur yang lebih masif dan tepat guna," sambungnya.
Berdasarkan GSEN, Kementerian ESDM memetakan rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 GW hingga tahun 2035.
Hal tersebut dilakukan melalui upaya percepatan substitusi energi primer, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT, dan pemanfaatan EBT non listrik/non BBN (Bahan Bakar Nabati).
"Untuk mencapai target tersebut Pemerintah memprioritaskan pengembangan energi surya,” papar Menteri Arifin.
“Karena biaya investasinya yang sekarang semakin kompetitif, semakin murah, dan waktu pelaksanaannya bisa lebih cepat. Dan memiliki sumber yang cukup banyak," pungkasnya.