BPPT Sebut Pesawat N219 Amphibi Cocok di Negara Kepulauan Seperti Indonesia
Diperlukan pesawat udara ukuran kecil maupun menengah yang menjadi sarana penghubung antar wilayah dan dapat mengangkut sekitar 10 hingga 20 penumpang
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dikenal sebagai negara kepulauan, tentunya membuat Indonesia memerlukan sarana transportasi yang dapat menunjang kelancaran mobilitas penduduknya saat melakukan kegiatan antar pulau.
Oleh karena itu, negara ini sangat mengandalkan moda transportasi laut maupun udara yang tentunya masing-masing memiliki kendala.
Penggunaan moda transportasi laut seperti kapal memang dianggap relatif berbiaya murah, namun untuk sampai di lokasi tujuan masih tergolong cukup lambat.
Sedangkan moda transportasi udara seperti pesawat diketahui relatif cepat sampai tujuan, namun di Indonesia terdapat keterbatasan wilayah prasarana landasan pacu yang dianggap kurang sesuai dengan kelas pesawat.
Nah, dengan meningkatnya kebutuhan mobilitas penduduk dan distribusi logistik, hingga tingginya potensi pariwisata, mendorong pemerintah untuk mengembangkan dan menghasilkan inovasi teknologi yang dapat mendukung peluang ini.
Baca juga: Oknum Pengusaha Ditetapkan sebagai Tersangka Dana Hibah Transportasi Kabupaten Waropen Papua
Untuk menjawab tantangan ini, maka diperlukan pesawat udara ukuran kecil maupun menengah yang bisa menjadi sarana penghubung antar wilayah dan dapat mengangkut sekitar 10 hingga 20 penumpang.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Konsorsium Prioritas Riset Nasional (PRN) pun kini tengah berupaya menjawaab tantangan tersebut melalui pengembangan Pesawat N219 Amphibi (N219A).
Perlu diketahui, pesawat N219A ini merupakan wahana pesawat yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang sengaja dirancang untuk bisa mendarat di air.
Hal itu karena pesawat ini dikembangkan dengan menggunakan sepasang kaki pelampung (floater) pada sisi kiri dan kanannya, tepatnya diletakkan di bawah badan pesawat sebagai pengganti roda pendarat sehingga pesawat tersebut dapat melakukan lepas landas (takeoff) dan mendarat (landing) di atas permukaan air.
Baca juga: Kondisi Bandara Kabul Kacau, Video Ratusan Orang Berlari di Samping Pesawat yang Mau Terbang Viral
Inovasi floater ini pun dianggap sesuai dengan sarana transportasi yang dibutuhkan negara kepulauan seperti Indonesia.
Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan bahwa pihaknya turut berperan aktif dalam pengembangan N219A, satu diantaranya yakni terkait inovasi floater.
"Pengembangan produk inovasi floater ini dimulai dari desain dan pengembangan floater dilanjutkan dengan pengujian dan integrasi floater ke pesawat N219A yang telah mendapat TC (Type Certificate) dari Kemenhub (Kementerian Perhubungan)," kata Hammam, dalam Webinar Nasional N219A bertajuk 'Peran BPPT Dalam Rancang Bangun Inovasi Teknologi N219A Untuk Kemandirian Bangsa', Senin (16/8/2021).
Roadmap ini, kata dia, telah disepakati sebagai roadmap dari konsorsium pengembangan floater, yang terdiri dari lembaga penelitian atau perekayasaan, perguruan tinggi serta industri manufaktur yang dikomandoi oleh LAPAN.
Floater yang dikembangkan BPPT ini merupakan floater berbahan material komposit yang disesuaikan dengan standar yang berlaku.
Selain itu, kata dia, dilakukan pula pengkajian tentang pengembangan seaplane dock yang tepat untuk mendukung prasarana pesawat amphibi, khususnya N219A.
"Selanjutnya regulasi yang terkait dengan operasional pesawat amphibi juga dikaji sebagai bagian dari pelaksanaan dan perwujudan dari persyaratan keselamatan transportasi," papar Hammam.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Teknologi Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT Wahyu Widodo Pandoe menyampaikan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia tentu membutuhkan penguasaan teknologi pesawat amphibi.
"Ini tidak hanya untuk konektivitas wilayah, tapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, karenanya BPPT turut mengambil peran dalam riset pengembangan Pesawat Amphibi N219A," kata Pandoe.