CELIOS: KUR Bisa Bantu Sektor Pertanian dari Hulu Hingga Hilir
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian dinilai dapat membantu petani dalam mengembangkan budidaya pertanian dari hulu hingga hilir.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Waetawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian dinilai dapat membantu petani dalam mengembangkan budidaya pertanian dari hulu hingga hilir.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan KUR pertanian harus dilengkapi dengan kebijakan pendukung lainnya agar lebih efektif.
"Petani misalnya diberi pembiayaan KUR, tapi kesulitan mendapat akses pasar yang menguntungkan sehingga rentan jatuh kepada tengkulak. Sebagian besar pembiayaan KUR pertanian masih di ladang (on farm), sementara dibutuhkan juga KUR pertanian di proses pasca-panen (off farm)," ujar Bhima Yudhistira, Senin (30/8/2021).
Sejauh ini, lanjut Bhima, banyak yang terputus, misalnya industri makanan dan minuman yang justru mengambil bahan baku impor.
Sedangkan produk hasil perkebunan dijual dalam bentuk mentah atau hanya pengolahan primer.
Baca juga: Ini Upaya BUMN Pupuk Genjot Produktivitas dan Kesejahteraan Petani
"Kondisi tersebut membuat KUR belum sepenuhnya efektif mendorong output pertanian yang berkualitas," kata Bhima.
Bhima menyarankan, idealnya penerima KUR pertanian juga masuk dalam program-program inovasi pertanian, mulai dari penerapan teknologi, internet of things (IoT), dan big data sehingga mengurangi proses manual yang tidak efisien.
"Pemerintah juga perlu memastikan KUR pertanian mampu berkorelasi dengan kenaikan ekspor pangan. Seharusnya bisa dievaluasi, kenaikan KUR tiap tahun, dengan naiknya produk ekspor," ucapnya.
Baca juga: Program Padat Karya Jalan Pertanian di Serang Bantu Produktivitas Petani
Terkait dengan bunga 6 persen yang diberikan, lanjut Bhima, sudah cukup bagus bagi sektor pertanian.
Masalah di lapangan menurutnya, bukan soal tingkat bunga, tapi soal plafon KUR tanpa jaminan yang sebaiknya dinaikkan menjadi Rp 100-150 juta per pengajuan kredit.
"Sebagian besar penyaluran KUR pertanian melibatkan bank, seharusnya lembaga keuangan non-bank juga bisa dilibatkan lebih besar dalam penyaluran KUR karena paham situasi di level mikro atau daerah," ucap Bhima.
Bank penyalur KUR, lanjut dia, sebaiknya didorong untuk lakukan channeling dengan lembaga keuangan non bank seperti koperasi tapi tetap memegang prinsip kehati-hatian.
Baca juga: Cerita Pengusaha Rintis Bisnis Kopi dari Yakinkan Petani hingga Branding Kopi Minahasa Koya
Selain itu, ucap Bhima, Indonesia harus berikan stimulus all-out ke sektor pertanian.
Seperti negara-negara lain, yang tengah melawan pandemi Covid-19.
"Misalnya mulai dari mendorong teknologi di pertanian, pemberian bantuan pupuk yang lebih efektif, bantuan bibit unggul, sampai mendorong BUMN agar menjadi off-taker dalam menyerap produk hasil pertanian," ucap Bhima.