Kejar Target Produksi 2 Juta Ton Per Tahun, KKP Bangun Tambak Udang Berbasis Kawasan di Kebumen
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki program terobosan untuk menggenjot produktivitas dan kontinuitas budidaya udang di Indonesia.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Terobosan-terobosan ini kata Tebe, digagas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono untuk mencapai target produksi 2 juta ton produksi udang nasional pada 2024.
"Pada 2019-2020 produksi udang nasional mencapai 856.753 ton, padahal mimpi menjadi 2 juta ton. Waktu kita tidak banyak menuju 2024, sehingga butuh terobosan-terobosan," terangnya.
Tebe juga optimis, pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen akan menyerap banyak tenaga kerja, meningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dan menambah devisa negara. Setidaknya dibutuhkan 1.000 tenaga kerja lokol untuk mendukung jalannya program terobosan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen.
"Jangan sampai kami membangun sesuatu di Kebumen tapi masyarakat hanya menjadi penonton. Ini menyalahi. Tapi kami mohon juga sama Pak Bupati untuk menyiapkan SDM yang sesuai," pungkas Tebe.
Skema tambak udang berbasis kawasan tidak hanya untuk menggenjot volume dan kualitas udang tapi juga kontinuitas kegiatan budidaya. Sebab selama ini, kegiatan budidaya di Kebumen cenderung tidak bertahan lama lantaran sejumlah faktor, di antaranya ekosistem tambak yang sudah terkontaminasi penyakit dan permodalan.
"Tambak-tambak rakyat di Kebumen setelah kami pelajari, panen pertama untung, panen kedua untung, panen ketiga pindah. Terus begitu, sehingga perlu segera dibenahi," ungkap Bupati Kebumen Arif Sugiyanto yang juga menjadi narasumber dalam program Bincang Bahari.
Kebumen sangat cocok menjadi lokasi tambak udang berbasis kawasan sebab didukung oleh berbagai faktor. Mulai dari ketersediaan lahan, sumber daya manusia, hingga kondisi air pantai yang cukup bersih dan sehat.
Pihaknya menyambut antusias pembangunan tambak udang berbasis kawasan untuk peningkatan pendapatan daerah dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar. Mengenai lahan tempat pembangunan tambak berbasis kawasan dipastikannya sudah clear and clean, baik dari sisi administrasi, hukum, maupun sosial masyarakat.
"Ide dari Pak Menteri luar biasa. Insya Allah kalau konsisten dilaksanakan, Insya Allah target dua juta ton (2024) bisa tercapai untuk kesejahteraan," pungkasnya.
Pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen juga disambut baik oleh Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) Jateng Ilham Priyanto. Menurutnya, ekosistem tambak tetap sehat harus menjadi perhatian KKP dalam mengembangkan kawasan tambak berbasis kawasan agar kegiatan budidaya berjalan berkesinambungan.
Disamping itu, pengenalan lingkungan juga menjadi kunci penting sebab wilayah pantai selatan memiliki karakteristik lingkungan yang cukup unik.
"Kami sangat mendukung sekali, semoga di Kabupten Kebumen bisa berjalan kontinu. Untuk itu perlu diperhatikan ekosistem dan lingkungan tambak. Fluktuasi suhunya di pantai selatan misalnya, bukan main. Sore bisa 33 derajat (Celcius) begitu paginya turun menjadi 26. Ini bisa memicu udang stres dan sebagainya," ungkap Ilham.
Dukungan pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen juga datang dari Chief of Staff eFishery Chrisna Aditya. Menurutnya, pemilihan komoditas udang untuk digenjot produktivitasnya oleh Pemerintah, sangat tepat sebab kebutuhan pasar dunia sangat besar.
"Market udang sangat potensial baik untuk devisa negara, lapangan kerja, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sejumlah daerah. Tinggal bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi yang kita punya," ujar Ilham.
Sementara itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran Yudi Nurul Ihsan menilai Indonesia bisa menjadi negara penghasil udang terbesar di dunia jika angka 2 juta ton per tahun tercapai.