Sederet Program Pemerintah Terkait Hilirisasi Batubara
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bakal mendorong hilirisasi batubara.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bakal mendorong hilirisasi batubara.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Sujatmiko mengatakan, hilirisasi ini sejalan dengan pertumbuhan industri yang menuntut optimalisasi pemanfaatan batubara untuk bahan baku energi dan industri melalui peningkatan nilai tambah batubara.
Kementerian ESDM mencatat sejumlah poin latar belakang dari adanya upaya hilirisasi batubara.
Yaitu adanya sumber daya dan cadangan batubara yang besar, produksi batubara yang tak termanfaatkan akan semakin meningkat, produk turunan batubara dapat mensubstitusi BBM dan BBG (bahan bakar gas), serta mengurangi dampak lingkungan penggunaan batubara.
Tak hanya itu, upaya hilirisasi ini juga merespon nilai keekonomian batubara yang fluktuatif dan ada kecenderungan semakin rendah harga ke depannya, serta penggunaan batubara secara konvensional sebagai bahan baku akan semakin terbatas.
Baca juga: ESDM: Cadangan Batubara Indonesia 38,84 Miliar Ton, Cukup 65 tahun
“Kalau kita melakukan hilirisasi manfaatnya paling tidak kita bisa mengurangi impor dan meningkatkan ketahanan energi dalam negeri, serta semakin banyak rantai industri atau ekonomi yang bisa dikembangkan dari pengembangan batubara,” ucap Sujatmiko dalam diskusi daring bertema Pemanfaatan Hilirisasi Batubara untuk Pemulihan Ekonomi, Rabu (1/9/2021).
“Di samping itu apabila hilirisasi dikembangkan dengan mengolah dengan baik karbon CO2-nya, ini akan mengurangi emisi sebagaimana komitmen negara kita pada Paris Agreement,” sambungnya.
Sujatmiko juga mengatakan, Pemerintah sudah menyiapkan setidaknya 8 (delapan) program road map pengembangan dan pemanfaatan batubara.
Baca juga: ESDM: Pemanfaatan Sumber Energi Panas Bumi Terus Dioptimalkan
Pertama, pengembangan batubara untuk menghasilkan methanol dan Dimethyl Ether (DME) melalui gasifikasi. Produk tersebut dapat mensubstitusi impor LPG dan methanol akan kebutuhan dalam negeri.
Sebagai informasi, kebutuhan metanol akan semakin meningkat di masa mendatang. Bahan baku metanol sangat dibutuhkan dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood.
Metanol juga sangat berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas. Kemudian metanol merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel.
Tak hanya sampai disitu, metanol dapat diolah lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME) yang dapat dimanfaatkan sebagai produk bahan bakar.
Kemudian program kedua adalah pengembangan batubara untuk menghasilkan Syngas, SNG, Amonia, dan Hidrogen.
Ketiga, pengembangan batubara melalui briket batubara-biomassa dan briket batubara terkarbonasi untuk PLTU dan industri kecil atau UMKM.
Keempat, pengembangan batubara untuk industri metalurgi.
Kelima, penyiapan pengembangan batubara untuk menghasilkan produk material maju dan Rare Earth Element (REE).
Keenam, pengembangan batubara untuk material agro industri.
Ketujuh, penyiapan infrastruktur coal upgrading untuk mendukung ketahan energi dalam negeri.
Dan yang kedelapan, penerapan High Efficiency Low Emissions (HELE) CCS-CCUS dalam pembangkit listrik dan proyek hilirisasi batubara.
“Delapan program ini lah yang akan menjadi arah atau program dari hilirisasi batubara,” pungkas Sujatmiko.