Menteri BUMN Minta Pertamina Jadi Perusahaan Bernilai Pasar 100 Miliar Dolar AS
Menteri BUMN Erick Thohir meminta PT Pertamina (Persero) menjadi perusahaan yang memiliki nilai pasar 100 miliar dolar AS, dan global energy champion
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir meminta PT Pertamina (Persero) menjadi perusahaan yang memiliki nilai pasar 100 miliar dolar AS, dan global energy champion pada 2024.
Hal tersebut disampaikan Erick, setelah dituntaskannya proses restrukturisasi melalui penandatanganan sejumlah dokumen legal, dan resminya enam subholding Pertamina.
"Buktikan kepada dunia, Indonesia juga bisa punya perusahaan yang valuasinya mencapai 100 miliar dolar AS. Kita bisa, dan saya yakin legacy ini untuk kita semua. Tidak mungkin kita akan terus menjadi bangsa besar kalau tidak ada ketahanan energi," kata Erick, Sabtu (11/9/2021).
Selama delapan bulan ini, kata Erick, Kementerian BUMN terus melakukan transformasi BUMN, termasuk dalam 88 proyek strategis BUMN hingga 2023 yang telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.
“Dari 88 proyek yang kami targetkan itu, Alhamdulillah tahun ini 90 persen terjadi. Dan tentu banyak dari transformasi ini ada di Pertamina,” ucap Erick.
Baca juga: Resmikan Subholding, Pertamina Siap Kejar Target Nilai Pasar US$ 100 Milyar
Menurutnya, Presiden Jokowi berharap Pertamina terus meningkatkan pelayanan publik, tetapi yang terpenting membangun ekosistem agar bisa bersaing dan mendorong value added.
Ia juga mengingatkan agar lompatan-lompatan yang sudah berjalan saat ini, tetap terjaga dan sesuai dengan 5 Key Performance Indicator di Kementerian BUMN.
"Menyeimbangkan antara korporasi dan pelayanan publik, kembali kepada core business dan menjadi excellent, inovasi digital dan R&D untuk menjadikan Pertamina technology company, dan transformasi human capital," paparnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan, Pertamina memiliki tiga tugas yang harus dilakukan secara paralel, yakni Pertamina harus menyediakan dan mendistribusikan untuk seluruh masyarakat Indonesia, juga industri.
Namun, Pertamina juga ditantang melakukan pengembangan dan melangkah untuk menjawab energi transisi.
“Bagaimana cara kita melaksanakan? Kita membagi kapal besar Pertamina dengan membuat enam kapal-kapal kecil yang kita sebut subholding. Ada yang bertugas hari ini, ada yang bertugas untuk transisi menjajaki di laut yang berbeda. Dan ada yang harus berpindah kapalnya di lautan sebelah,” ujarnya.
Ia menjelaskan, tiga subholding yakni Subholding Upstream, Subholding Refining dan Petrochemical, serta Subholding Commercial dan Trading
Ketiga subholding tersebut harus tetap menjalankan tugas saat ini, karena Pertamina mempunyai amanah sesuai Undang-Undang Energi yakni menjaga kehandalan atau availability, accessibility, affordability, acceptability dan sustainability.
Untuk itu, kata Nicke, investasi Pertamina sebesar 55 persen di lini bisnis eksisting tersebut, karena Indonesia memiliki cadangan yang harus dioptimalkan.