Data Ekonomi Indonesia Membaik, IHSG Bisa Melesat Jelang Akhir September
Hans menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Agustus 2021, bahkan menorehkan rekor baru.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, sentimen domestik yakni berdasarkan data, menunjukan ekonomi Indonesia dalam fase pemulihan cepat dan baik didukung penurunan kasus baru Covid-19.
Menurut dia, kendati pelaku pasar akan berhati-hati menjelang rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat jelang akhir September 2021.
"IHSG diperkirakan konsolidasi menguat dengan support di level 5.938 hingga 6.047 sampai dan resistance di level 6.150 sampai 6.263," ujar dia mengutip risetnya, Senin (20/9/2021).
Baca juga: Prediksi IHSG Hari Ini Setelah Ditutup Menguat Jumat Lalu
Hans menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Agustus 2021, bahkan menorehkan rekor baru.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca dagang pada bulan lalu mencapai 4,74 miliar dolar AS, di mana capaian surplus ini jauh lebih tinggi dibanding Juli 2021 sebesar 2,59 miliar dolar AS.
"Realisasi surplus neraca dagang di Agustus adalah tertinggi sepanjang sejarah Indonesia karena berhasil menggantikan surplus neraca dagang tertinggi pada Desember 2006. Kala itu, surplus neraca dagang mencapai 4,64 miliar dolar AS," kata Hans.
Baca juga: Analis: IHSG Berpeluang Menguat Terbatas Pekan Ini
Dia menyampaikan, ekspor komoditas masih menjadi pendorong utama surplus ini dengan meningkat sebesar 64,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada 21 Agustus, terutama didorong oleh CPO dan batu bara.
Harga CPO dan batu bara naik sebesar 7 persen hingga 11 persen pada 21 Agustus, seiring dengan membaiknya permintaan global.
"Tiga tujuan ekspor teratas adalah China, AS, dan India atau 43 persen dari total ekspor selama sebulan," tutur Hans.
Baca juga: Daya Beli Masyarakat Belum Pulih, IHSG Diprediksi Tertekan Lagi
Sementara, impor tumbuh sebesar 55,3 persen yoy pada Agustus, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 44,4 persen yoy.
"Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari efek dasar yang rendah dan sedikit perbaikan pada permintaan domestik. Impor bahan baku dan barang modal tumbuh masing-masing sebesar 59,6 persen yoy dan 34,6 persen yoy, maka prospek ekonomi negara ini tampaknya lebih cerah dari sebelumnya, data dalam negeri masih sangat baik," pungkasnya.