Dampak Tapering AS ke Pasar Saham Negara Berkembang Dinilai Tidak Besar
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, hal tersebut karena wacana tapering sudah diantisipasi pelaku pasar cukup lama.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dampak Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi stimulus ekonomi atau tapering dinilai tidak akan terlalu besar menguncang pasar saham negara berkembang.
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, hal tersebut karena wacana tapering sudah diantisipasi pelaku pasar cukup lama.
"The Federal Reserve (The Fed) AS kelihatannya akan memulai pengurangan pembelian obligasi," ujar dia melalui risetnya, Minggu (26/9/2021).
Baca juga: Ekonom Dukung BI Antisipasi Dampak Tapering Off Jauh-jauh Hari
Kendati demikian, The Fed atau Bank Sentral AS memang tidak mengumumkan secara pasti kapan akan memulai tapering.
"Tetapi, The Fed mengatakan kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan (tapering) segera setelah November 2021," kata Hans.
Adapun, Gubernur The Fed Jerome Powell sebelumnya menyebutkan, penarikan pembelian obligasi bulanan senilai 120 miliar dolar AS oleh bank sentral dapat dimulai.
Baca juga: Analis Ungkap Peran BI Bantu Ekonomi, tapi Ancaman Tapering Menanti
Mulainya penarikan tersebut setelah pertemuan kebijakan 2 November hingga 3 November selama pertumbuhan pekerjaan AS hingga September 2021 cukup kuat.
"Bank sentral AS jelas memberi sinyal tapering akan segera dilakukan. Ketua The Fed Jerome Powell menambahkan bahwa anggota Dewan Gubernur the Fed percaya bahwa QE (quantitative easing) dapat berakhir sekitar pertengahan 2022," pungkas Hans.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.