Surplus Neraca Perdagangan Diyakini Membawa Angin Segar untuk Perekonomian
Surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021 tercatat mencapai US$4,74 miliar, tertinggi sejak Desember 2006
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia yang terus tercatat surplus, membawa angin segar buat perekonomian nasional.
Berbagai pihak mengapreasiasi upaya Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diyakini membuat tren akan terus berlanjut.
Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi kepada menerangkan berdasarkan data BPS, ekspor Indonesia mengalami surplus ketika masa pandemi ini sudah mulai berangsur-angsur berkurang.
"Khususnya di bidang farm oil dan juga beberapa kebutuhan lainnya. Memang tidak sebagus sebelum pandemi, tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, itu sudah bagus,” ujarnya, Rabu (6/10/2021).
Menurut Baidowi, kinerja ekspor yang terus tumbuh menopang cukup signifikan pertumbuhan ekonomi.
Ia mencatat, kontribusi ekspor terhadap total ekonomi Indonesia (PDB) mencapai 17%
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021 tercatat mencapai US$4,74 miliar, tertinggi sejak Desember 2006. Suplus di Agustus 2021 sendiri, merupakan surplus neraca perdagangan Indonesia ke 16 secara beruntun sejak Mei 2020.
Baca juga: Wacana Kenaikan PPN, Dinilai Berisiko pada Pemulihan Ekonomi hingga Memberatkan Pemerintahan Baru
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2021 sendiri tercatat surplus US$19,17 miliar. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar US$10,96 miliar, bahkan jika tertinggi dibandingkan dalam lima tahun terakhir.
Catatan saja, surplus dagang sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar US$21,74 miliar. Dengan waktu yang masih tersisa 4 bulan lagi, sangat besar terbuka peluang, surplus tahun ini bakal melampaui capaian tahun lalu.
Dewan melihat, pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor utama yakni China dan AS jadi momentum kenaikan ekspor Indonesia. Belum lagi, harga komoditas ekspor khususnya perkebunan kelapa sawit (CPO) dan pertambangan terus membaik.
“Ekspor kelapa sawit naik 45,3% sepanjang Januari-Maret 2021. Ekspor batubara naik 8,4% di periode yang sama. sektor pertambangan yang mengalami penurunan tajam tahun 2020 diperkirakan tahun ini juga mulai tumbuh positif,” tuturnya.
Selain itu, industri manufaktur tercatat sudah membaik dengan indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang mencapai 53,2 pada Maret 2021.
Ia menjelaskan, jika PMI sudah berada di atas angka 50, artinya perusahaan mulai ekspansi dengan membeli bahan baku yang lebih banyak.
Baca juga: Menaker Upayakan Calon PMI Dapat Kuota Kartu Prakerja
Melihat semua paramater tersebut, ia menilai, target pertumbuhan ekonomi versi pemerintah sebesar 7%, seperti pada kuartal kedua 2021, sangat rasional dan berpotensi besar tercapai.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani menyatakan sepakat dengan keyakinan Kemendag akan surplusnya neraca perdagangan.
Dia mendukung optimisme Kementerian dibawah pimpinan Menteri Muhammad Lutfi itu. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga memperkirakan surplus neraca dagang Indonesia pada tahun ini akan melampaui realisasi pada tahun lalu.
Artinya, nilai surplus diproyeksi bakal lebih dari US$21,73 miliar yang merupakan realisasi pada Januari-Desember 2020. Proyeksi ini berasal dari realisasi surplus dagang Indonesia yang sudah mencapai US$19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021.
“Optimis-optimis, harus bisa. Karena potensi kesempatannya ada. Jadi di Indonesia dianggap mata dunia makin baik reputasinya dari sisi delivery, harga mulai kompetitif, kualitas juga bagus,” cetus Haryadi.
Hariyadi sendiri tak segan mengapresiasi sejumlah langkah yang dilakukan Menteri Muhammad Lutfi dan jajarannya di tengah situasi yang tidak normal. “Menurut saya bagus ya, karena situasinya betul-betul tidak normal. Apapun yang dilakukan dengan situasi tidak normal itu, tentu tingkat kesulitannya tinggi,” ucapnya.
Sedangkan Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno menuturkan, lonjakan perdagangan yang terjadi saat ini, berbanding lurus dengan penurunan kasus covid-19 yang juga diupayakan oleh pemerintah.
"Dukungan Pemerintah terhadap Dunia usaha sudah banyak melalui program Dana Pemulihan Ekonomi Nasional PEN) termasuk terhadap UMKM," tukas Benny.
Selain pembenahan di dalam negeri, kinerja ekspor yang melonjak sebenarnya juga tak terlepas dari hasil diplomasi dan pembukaan akses perdagangan. Benny membenarkan, salah satu alasan melonjaknya kinerja ekspor Indonesia adalah karena terbukanya akses pasar ke beberapa negara tujuan ekspor non-tradisional.
"Kementerian Perdagangan membuka akses pasar ekspor ke beberapa negara non-traditional, di antaranya Afrika, Eropa tengah, dan Amerika Selatan, sehingga terjadi lonjakan ekspor," katanya.
Ekonom UI Telisa Aulia Falianty berpendapat senada. Optimisme Kementerian Perdagangan tersebut sangat beralasan.
“Saya setuju dengan pernyataan kemendag yang optimis neraca perdagangan tahun 2021 tetap positif," katanya.
Ia menilai sangat realistis karena surplus perdagangan ini terkait naiknya harga komoditas, dan volume ekspor juga meningkat. Sejumlah faktor mendukung surplus perdagangan ini, antara lain faktor pandemi. Dimana komoditas global yang biasanya lancar, terkendala karena covid.
“Permintaan meningkat di bidang energy dan komoditas makanan minuman, sehingga ini menjadi semacam bless in disguise (berkah dalam kesusahan), di lain pihak, karena PPKM, impor kita turun drastis, jadi ini campur, ada promosi ekspor oleh pemerintah, ada faktor global,” tuturnya.