Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jakarta Terancam Tenggelam, Pencegahan Cara Negara Ini Bisa Jadi Pilihan

Penurunan buka tahan terjadi di bagian yang paling parah yaitu daerah Pluit, Jakarta Utara setinggi 10-12 centimeter per tahun.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Jakarta Terancam Tenggelam, Pencegahan Cara Negara Ini Bisa Jadi Pilihan
Warta Kota/Nur Ichsan
Banjir rob di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, sebagai dampak gerhana bulan total masih berlangsung di sejumlah titik di tempat tersebut deperti terlihat, Kamis (27/5/2021). Ketinggian air bervariasi mulai dari 5 hingga 30 cm, namun aktifitas di pelabuhan masih bisa tetap berjalan. (Warta Kota/Nur Ichsan) 

Balai Litbang Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan Kementerian PUPR Pulung Arya Pranantya seperti dikutip Kompas.com mengatakan, bahwa timnya telah mendapat kesempatan untuk melihat di Tokyo.

Baca juga: Krisis Utang Raksasa Properti Evergrande, Apa Dampaknya bagi China, AS, hingga Eropa?

"Tokyo melakukan upaya mitigasi dan adaptasi, jadi mereka melakukan keduanya. Tidak hanya melihat satu sisi saja misalnya penggunaan air tanah," katanya dalam diskusi virtual pada Rabu (6/10/2021).

Menurut dia, Tokyo memiliki kondisi geologi yang mirip dengan Jakarta, yaitu kota di delta.

"Jakarta ini kan delta ya, Tokyo juga delta, jadi setting geologinya mirip," ucapnya.

Pulung menyampaikan, ada beberapa upaya yang dilakukan Tokyo untuk menekan penurunan muka tanah. Pertama, membangun tanggul sungai dan tanggul pantai.

"Jadi mereka membuat tanggul sangat besar, untuk mencegah air naik ke daratan. Baik dari sungai maupun pantai," terangnya.

Kedua, Ibu Kota Negeri Sakura itu juga melakukan monitoring. Pemantauannya juga tergolong sangat baik. Ketiga, melakukan penghentian penggunaan air tanah.

Berita Rekomendasi

"Ini (penghentian penggunaan air tanah) yang kita bahas sampai sekarang. Memang diperlukan, tapi jangan melihat satu sisi ini saja, melainkan juga sisi dan upaya lain untuk menekan laju land subsidence," jelasnya.

Keempat, Tokyo membuat bangunan pengendali banjir, yakni Underground Discharge Channel yang merupakan storage bawah tanah di bagian hulu.

Mereka membangunnya dengan ukuran besar, sehingga air dari hulu pada saat banjir masuk ke dalam, kemudian di lepas perlahan.

"Dengan Underground Discharge Channel ini, mereka bisa punya storage dan simpanan air baku," tukasnya.

Namun, menurut Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Robert Delinom, saat ini Indonesia atau khususnya Jakarta masih sulit meniru Tokyo.

"Kita susah melakukan apa yang seperti di Tokyo, bukan persoalan biaya modal infrastruktur saja, tapi kita belum memiliki kedisiplinan," katanya.

Sehingga, untuk saat ini belum sampai pada tahap seperti Tokyo, tapi tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas