Berkah di Balik Krisis Energi Dunia, Nilai Ekspor Mengalami Surplus
Selain itu, menurutnya impor batu bara juga akan akan naik seiring dengan membaiknya tingkat permintaan domestik.
Editor: Hendra Gunawan
Peningkatan impor ini didorong oleh ekspansinya kinerja manufaktur Indonesia pada bulan laporan karena ada pelonggaran PPKM level 4 yang meningkatkan permintaan.
Baca juga: Pengamat Nilai Indonesia Harus Optimalkan PLTU Batubara
Teranyar, harga batubara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat mencapai 212 dolar AS per ton atau mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Padahal, pada akhir 2020, harga batubara masih berada di level 79,55 dolar AS per ton.
Artinya secara year to date sudah melesat hingga 166,5 persen. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, naiknya harga batu bara masih akan berdampak baik bagi kinerja ekspor Indonesia hingga akhir tahun 2021.
Sehingga dengan begitu akan mendukung trade surplus series.
"Kinerja ekspor masih akan baik sampai dengan akhir tahun ini dan akan mendukung trade surplus series,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (12/10/2021).
Selain itu, menurutnya impor batu bara juga akan akan naik seiring dengan membaiknya tingkat permintaan domestik.
Akan tetapi, dirinya melihat peningkatan impor justru akan lebih bersifat gradual atau bertahap.
Sehingga, surplus neraca dagang masih akan berlangsung sampai akhir tahun, meskipun pasti ada kemungkinan besaran surplusnya tends to shrink.
Faisal memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan ada di kisaran 27 miliar dolar AS sampai 30 miliar dolar AS pada akhir tahun 2021.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, kenaikan ekspor pertambangan memang tidak terlepas dari harga batubara yang terus melonjak dan juga permintaan global juga sedang meningkat, akibat krisis energi yang tengah melanda beberapa negara.
Tercatat perkembangan ekspor sampai dengan Agustus pertumbuhannya mencapai 63 persen.
“Jika melihat tren saat ini dimana harga komoditas tambang yang masih menunjukkan tren kenaikan, saya kira ekspor hasil pertambangan masih akan menopang pertumbuhan ekspor sampai dengan akhir tahun,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (12/10/2021).
Data sampai Juli 2021 menunjukkan, pertumbuhan data ekspor pertambangan mencapai 106 persen (yoy) relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri yang tumbuh 20 persen atau pertanian yang justru terkontraksi sebesar 17 persen.