Kisah UMKM Teh Kewer: Hampir Dilupakan, Kini Jadi Primadona Desa Sukalaksana
Teh Kewer merupakan produk yang lahir dari kearifan lokal dan merupakan produk khas dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Desa Sukalaksana, Garut.
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu kiat bertahan di tengah ganasnya persaingan bisnis lokal versus mancanegara dalam kreativitas. Dengan kata lain, pelaku UMKM dituntut untuk menghadirkan produk yang inovatif, kreatif, menonjolkan ciri khas yang unik, serta membawa nilai-nilai kearifan lokal.
Seperti yang dilakukan oleh pengrajin Teh Kewer di Desa Sukalaksana, desa wisata yang terletak di Samarang, Garut, Jawa Barat. Teh Kewer merupakan produk yang lahir dari kearifan lokal dan merupakan produk khas dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di wilayah tersebut.
Salah seorang pengelola UMKM Desa Sukalaksana, Siti Julaeha, berbagi cerita dengan Tribunnews mengenai pengelolaan kegiatan UMKM di Desa Sukalaksana.
Sebagai salah satu pengrajin Teh Kewer di Desa Sukalaksana, Siti juga berperan dalam pengelolaan kegiatan UMKM di sana.
Hampir ditinggalkan masyarakat, kini jadi primadona
Menariknya, produk Teh Kewer dulunya sempat hampir terlupakan dan ditinggalkan oleh masyarakat sekitar.
"Pada awalnya Teh Kewer ini sudah hampir hilang dan sudah hampir ditinggalkan oleh masyarakat. Namun seiring dimulainya kegiatan desa wisata, Alhamdulillah bisa diselamatkan, dan saat ini bisa menjadi produk unggulan desa," ungkap Siti.
Namun, siapa sangka, kini Teh Kewer memiliki popularitas tinggi, bahkan didapuk sebagai welcome drink atau minuman selamat datang bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Sukalaksana.
Dikenal juga dengan nama Teh Karuhun, potensi dari Teh Kewer kembali dilirik ketika warga memulai rencana pengembangan desa wisata.
Kala itu, mereka berusaha menggali potensi yang ada di wilayah sekitar, dan kemudian menyadari bahwa Teh Kewer sangat potensial untuk dijadikan produk lokal khas, terlebih karena sensasi rasanya yang menyerupai kopi.
Mengembangkan UMKM desa pada awalnya tidaklah mudah, terutama karena masih banyak masyarakat yang tak menyadari keunggulan Teh Kewer.
Maka dari itu, dalam membangkitkan kembali popularitas Teh Kewer, pemberian pemahaman pada masyarakat mengenai arti penting dari produk ini menjadi langkah awal yang krusial.
"Seiring dengan berjalannya waktu, dan dengan kita bekerja sama dengan berbagai pihak yang kompeten, akhirnya masyarakat menyadari bahwa Teh Kewer ini adalah sebuah warisan yang luar biasa," tuturnya.
Jadi klaster usaha yang membuka lapangan kerja
Hingga akhirnya, dibentuklah klaster usaha Teh Kewer di Desa Sukalaksana.
Klaster tersebut menjadi lokasi dari proses produksi, yang dimulai dari penyediaan bahan baku, pengolahan, sampai dengan pengemasan produk Teh Kewer.
Proses pengolahan Teh Kewer sendiri diawali dengan pengambilan tanaman kewer di kebun. Selanjutnya, akan dipilih bagian mana yang bisa disangrai sebelum dilakukan pengupasan dan penjemuran.
Usai dijemur, teh akan disangrai sebelum dibawa ke lokasi UMKM untuk dikemas menjadi produk teh unggulan.
Pengembangan klaster usaha Teh Kewer melibatkan peranan dari banyak warga sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka dari itu, keberadaan UMKM ini tidak hanya berhasil melestarikan produk khas budaya kearifan lokal yang sempat hampir terlupakan, namun juga berkontribusi membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Sukalaksana.
“Jelas sangat berpengaruh pada terbukanya lapangan kerja. Khususnya dari kaum ibu-ibu, dari kaum perempuan. Mereka yang asalnya hanya ibu rumah tangga, kini bisa menghasilkan sesuatu yang bisa membantu pemasukan atau pendapatan bagi keluarganya,” ceritanya.
Peran BRI dalam pengembangan UMKM Desa Sukalaksana
Dalam pengembangan klaster usaha Teh Kewer, menurut Siti, salah satu kendala terbesar adalah pemasaran.
Terlebih lagi, situasi pandemi yang tak kunjung usai berdampak sangat besar terhadap keberlangsungan kegiatan desa wisata.
Untuk menjawab tantangan tersebut, kemitraan serta pembinaan menjadi solusi yang berhasil menyelamatkan keberlangsungan UMKM di Desa Sukalaksana.
"Pihak desa sendiri sangat besar dukungannya terhadap berbagai usaha atau UMKM. Salah satunya dengan membuka UMKM center yang ada di Saung Budaya Ciburial, serta rest area Puncak Parabon, yang merupakan pengembangan kegiatan desa wisata yang mengangkat kopi sebagai tema utamanya,” sebutnya.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) turut hadir sebagai pihak yang memberikan pembinaan bagi keberlangsungan UMKM di Desa Sukalaksana. Salah satu langkah yang diambil BRI adalah penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) untuk membantu pelaku UMKM.
“Peran BRI sangat besar sekali, sangat membantu sekali bagi para pelaku UMKM,” ujar Siti.
Pada tahun 2021, Desa Sukalaksana dinobatkan sebagai juara 1 desa BRIlian batch pertama. Atas prestasi tersebut, UMKM Desa Sukalaksana pun mendapatkan berbagai pendampingan serta pembinaan dari BRI.
“Sebagai salah satu desa BRIlian, kami mendapatkan berbagai bantuan. Selain kredit usaha, BRI membantu melakukan pengadaan berbagai mesin produksi yang kita butuhkan untuk pengolahan teh dan kopi, seperti grinder, mesin roasting, hingga pengemasan,” tutup Siti.
Melalui program pemberdayaan dan pendampingan yang didapatkan dari BRI, Siti berharap para pelaku UMKM lokal lainnya dapat terus terdorong dan termotivasi untuk berinovasi.
Tak lupa, ia juga berharap agar Desa Sukalaksana dapat makin berkembang sebagai desa wisata, serta kesejahteraan masyarakat kian meningkat.
Penulis: Anniza Kemala | Editor: Bardjan